Suara Kaltim – SAAT Abah Guru kumpul sedang diurut (dipijat tradisional), maka datanglah seorang tamu. Tamu tadi maunya ingin bertemu dengan Guru Sekumpul, namun karena beliau sedang dipijat, akhirnya si tamu ma’fhum, izin pamit sembari manjulungi (memberikan) sebuah amplop :
“Ampun maaf Bah, ini amplop sagan (untuk) pian (anda) baurut.”
Tuntung (selesai) Abah Guru be’urut, amplop tadi langsung dijulung (diberikan) sidin lawan (kepada) si tukang urut.
Tukang urut menerimanya dengan senang hati, sambil pamit karena takut mengganggu abah Guru. Setibanya di rumah, dia lalu membuka amplop titipan Abah Guru tadi.
Alangkah terkejutnya si tukang urut melihat isi dalam amplop tadi. Nominalnya sungguh luar biasa, Rp …. sekian….sekian….. Sesuatu yang tidak pernah dibayangkan dan dipegang sebelumnya.
Tidak percaya dengan apa yang diterimanya, si tukang urut seitu-seini (saat itu juga) memutuskan kembali ke rumah Abah guru di Sekumpul. Dia takut kalau-kalau Abah guru salah julung (salah kasih).
Wali Majdzub yang Ingin Kematiannya Ditunda Sebelum Bertemu Guru Sekumpul
Kisah Seorang Pejabat, Yang Selalu Ditemui Guru Sekumpul Saat Masih Hidup atau Sudah Wafat
Lemari Guru Sekumpul yang Penuh dengan Uang
Kisah Abah Guru Sekumpul yang Kada Mau Disusui di Depan Umum, Saat Bayi Mengisap Lidah Ulama
Ujar (kata) si tukang urut setiba di rumah Guru Sekumpul:
“Ulun minta ampun maaf Bah, kada tesalahkah Bah pian manjulungi ulun amplop tadi. kalo-kalo ai ulun salah tarima.” (Saya minta maaf Abah, kalau2 Abah salah memberikan saya amplop tadi. kalau2 saya salah menerimanya).
Maklum akan isi amplop tadi, tersenyum Abah Guru menjawab ringkas:
“Mandangar haja kalo ikam apa ujar urang nang mambari amplop tadi. Bahwa amplop itu sagan mambari aku baurut.” (Kamu mendengar kan, apa yang dikatakan oleh tamu yang memberi amplop tadi, bahwa amplop itu buat memberi tukang pijat).
Si tukang urut tak bisa berkata apa-apa lagi sembari pamit. (ayooha.com)
Sumber : Tuan Guru Abdullah Alfadani (murid Guru Sekumpul)
Subhanallah..!
Mudahan ada pembelajaran gasan (untuk) kita berataan (semuanya) dengan membacanya kita akan kisah ini.
Tunggal gamatan (sedikit demi sedikit) mudahan kawa (bisa) kita berataan (semua) meumpati (mengikuti) sebahagian dari sifat dan akhlaknya Abah Guru kita.
Aamiin Allahumma aamiin.
BACA KISAH ABAH GURU SEKUMPUL LAINNYA DI LINK BERIKUT :
Editor : Sulthan Abiyyurizky Putrajayagni