SEJARAH MEDIA MASSA DAN PENERBITAN DI TERNATE

Kamis, 8 Februari 2018 | 10:59 am | 431 Views |
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
                                                                     

SEJARAH media massa di Ternate sedikit lebih tua dari usia kemerdekaan Indonesia. Pendirian media massa saat itu berkaitan erat dengan keberadaan organisasi sosial politik untuk mendukung propaganda perjuangannya.

Kotambunan (2004 : 8) menulis, suratkabar dan majalah yang mula-mula terbit di Ternate adalah Mingguan Sentosa dengan pemimpin redaksi Ahmad Syechan Bachmid dan Urusan Kita yang dipimpin Fredrik Kansil. Keduanya terbit pada 1937. Organisasi GAPI yang didirikan pada 1941 juga menerbitkan majalah tengah bulanan bernama Kebangunan Timur dengan pimpinan redaksi Umar Assagaf, dibantu Abubakar Bachmid dan Saleh Bin Syech Abubakar. “Majalah ini kemudian dikenal sebagai majalah politik terbesar dan pertama untuk Indonesia bagian timur”.

Amal dan Arnyta Djafaar (2003 : 177-178) menyebutkan tentang suratkabar Menara Merdeka, media resmi PI, dengan dewan redaksi; A. Mononutu, M.S. Djahir, Abjan Soleman, dan Abubakar Bachmid.

Suratkabar Menara Merdeka diperkirakan berdiri antara Desember 1945 atau awal 1946. Sesudah Menara Merdeka, penerbitan surat kabar di Ternate mengalami masa jeda selama kurang lebih 7 sampai 8 tahun sampai diterbitkannya surat kabar Suara Maluku.

Eriyanto dalam artikelnya “Koran, Bisnis dan Perang”, menulis: Suara Maluku terbit pertama kali di Ternate pada 1953, berbentuk stensilan dua halaman. Surat kabar ini dirintis oleh dua tokoh Partai Nasional Indonesia di Maluku, E.U. Pupella, dan Ot Pattimaipu. Terbitnya tidak rutin dan pada 1959 gulung tikar. Nani Andili, ia saat itu pegawai Hubungan Masyarakat Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Utara (kini Kabupaten Halmahera Barat), berusaha menghidupkan kembali Suara Maluku hingga terbit lagi pada 1963, masih berbentuk stensilan tetapi sudah delapan halaman, terbit seminggu sekali dan dicetak 1.000 eksemplar. Meskipun jadwal terbitnya asal-asalan dan isinya pun tak jauh dari pekerjaan Andili; kegiatan pemerintah daerah, penyuluhan, dan semacamnya.

Pada era itu, di Ambon terdapat media yang mirip dengan yang diterbitkan Andili di Ternate, namanya Sinar Harapan edisi Maluku, juga berbentuk stensilan delapan halaman, kadang empat halaman. Pendiri dan pengelolanya Etty Manudapessy. Andili dan Manudapessy sering bertukar terbitan. Pada 1986, mereka sepakat membangun koran lokal di Maluku. Manudapessy menyarankan Andili, “bila ingin Suara Maluku maju harus diterbitkan di Ambon. Ambon pusat pemerintahan Maluku. Minat baca masyarakat lebih tinggi ketimbang Ternate, walau banyak orang bilang Ternate lebih kaya”.

Pada 1987, Suara Maluku edisi baru terbit di Ambon. Andili sudah pensiun hingga bisa ke Ambon, berkonsentrasi mengembangkan korannya. Koran ini tak lagi stensilan, telah dicetak di sebuah percetakan di Manado. Andili dan Manudapessy menyadari, untuk membangun sebuah media, mereka membutuhkan modal, paling tidak mesin cetak. Mereka bertemu Alwi Hamu, direktur Harian Fajar, terbitan Makassar pada awal 1990. Alwi sering ke Ambon. Setahun ia bisa dua kali ke Ambon, mengurusi bisnis percetakannya, PT Bakti Baru, yang menerima pesanan mencetak dokumen dan keperluan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Maluku.

Alwi mempertemukan Andili dan Manudapessy dengan Dahlan Iskan, bos Kelompok Jawa Pos. Mereka ingin meniru sukses Fajar, yang berkembang pesat setelah bergabung dengan kelompok ini. Fajar bahkan dapat mengalahkan harian tua, Pedoman Rakyat. “Saya mau bekerjasama dengan Suara Maluku asal Pak Etty bisa mendapatkan SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers) untuk Suara Maluku,” kata Dahlan, seperti ditirukan Manudapessy.

Menunggu SIUPP, Suara Maluku terbit mingguan. Proses tata letak dan cetak dikerjakan di Fajar. Hari Sabtu, mingguan itu dikirimkan ke Ambon.

Pada Agustus 1992, SIUPP turun. Nani Andili ditetapkan sebagai pemimpin umum, Etty Manudapessy sebagai pemimpin redaksi. Kelompok Jawa Pos memberi enam unit komputer, uang tunai 40 juta rupiah, dan mesin cetak merek Harris, bekas mesin majalah Tempo, yang dapat mencetak hitam putih, dan dalam satu jam memproduksi puluhan ribu eksemplar koran.

Singkat cerita. Harian Suara Maluku terbit perdana pada 19 Februari 1993. Dengan komposisi kepemilikan saham Fajar 30 persen, Suratkabar Jawa Pos 20 persen, Alwi Hamu 20 persen, Nani Andili 10 persen, dan karyawan 20 persen. Koran ini selanjutnya berkembang pesat, perjalanannya yang dinamis sering pula diwarnai perebedaan pandangan hingga conflict of interest, baik mengenai manajemen, antara staf manajemen dan wartawan lokal dengan yang didatangkan oleh manajemen kelompok Jawa Pos dari luar, dan lainnya.

Suara Maluku dengan demikian menjadi surat kabar pertama yang didirikan di Ternate setelah kemerdekaan Indonesia. Sebelas tahun setelah Suara Maluku dipindahkan dari Ternate ke Ambon, barulah beberapa suratkabar dan tabloid mulai diterbitkan lagi. Ternate Pos misalnya, menjadi koran pertama yang terbit sesudah Suara Maluku. Didirikan oleh Abdurahman Lahabato, Sagaf Yahya, Salhi Ode Pajali, Abdurahman Samiun, Haerudin Amin, dimana Lahabato menjadi pemimpin umum dan pemimpin redaksinya. Beberapa tokoh punya jasa besar membidani kelahiran Ternate Pos. A.K. Jamal, misalnya menyuntikkan modal awal, yang luar biasanya diambil dari tabungan ongkos hajinya bersama istri, belum lagi sejumlah dana pribadinya. Selain itu terdapat dua tokoh lain yang berperan penting, yakni Mohdar Arif, kini Sekretaris daerah Kabupaten Pulau Morotai, dan Anwar Hasyim, mantan Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Halmahera Barat.

Tabloid Ternate Pos terbit perdana 18 Agustus 1998 dalam format mingguan. Karena saat itu di Ternate belum ada mesin cetak, tabloid Ternate Pos dicetak di Percetakan Negara, Manado. Ternate Pos turut dibina beberapa mantan aktifis yang kemudian berkarir sebagai jurnalis, akademisi, pegiat LSM maupun pegawai negeri, antara lain Halit Djakrora, Herman Oesman, Murid Tonirio, Agus SB, Rusli Djalil, Rizal Hamanur. Bergabung di kemudian hari Syarifuddin Oesman dan Asgar Saleh. Di awal terbitannya, Ternate Pos berkantor di Jalan Seruni Kelurahan Toboko, Ternate. Beberapa tahun kemudian pindah ke Jalan Stadion No. 17 Ternate

Sebagai satu-satunya surat kabar yang eksis ketika itu, Ternate Pos berkembang relatif pesat dan mutual dengan kalangan aktifis mahasiswa medio 1990-an sampai awal 2000-an. Tabloid ini selain cergas dan kreatif dalam rubrikasi dan pemberitaan juga dapat disebut memiliki peran signifikan mempublikasi tuntutan pemekaran Provinsi Maluku Utara yang dimotori kalangan aktifis mahasiswa dan pemuda 1998-1999. Dukungan ini berupa penggalangan jaringan media massa di Manado, Ambon, Makassar dan Jakarta untuk memberitakan tuntutan pemekaran dimaksud.

Kejayaan Ternate Pos agaknya hanya sampai 2002, karena pada 1 Januari 2003, beberapa awak Ternate Pos, antara lain Murid Tonirio, Herman Oesman, Agus SB, Rusli Djalil, Abdurachman Samiun, Syarifuddin Oesman, mendirikan Mingguan Aspirasi. Menyusul bergabung Rusli Djalil beberapa bulan kemudian. Tabloid ini dimodali oleh M. Syahril Abd. Radjak, yang sekaligus pemiliknya, sedangkan Murid Tonirio dipercayakan sebagai pemimpin umum dan Abdurachman Samiun sebagai pemimpin redaksinya. Tabloid yang berkantor di Graha Aspirasi JL. Yos Sudarso No. 555, Maliaro, Ternate ini, terbit intensif mulai 7 Juni 2004 dan eksis sampai dengan 2006-2007.

Seiring kelahiran Tabloid Aspirasi, Ternate Pos pun relatif memasuki fase “kritis” hingga jeda terbit selama beberapa tahun. Pada akhir 2010, beberapa inspirator Ternate Pos, yang sekaligus pendiri Aspirasi kembali mengkonsolidasi penerbitan Ternate Pos, namun hanya berhasil sekali terbit yakni “Edisi Memori 2010”.

Sinter adalah salah satu surat kabar yang pernah eksis di Ternate. Didirikan oleh Arifin Rada pada 1999. Awalnya Sinter beroperasi di kota Ambon, namun karena pada tahun itu kondisi Ambon kurang kondusif, Arifin Rada memindahkan Sinter ke Ternate dan berkantor di Jalan Ubo-Ubo No. 7, Ternate. Sejak 2000 Sinter terbit di Ternate dalam format tabloid, dan bertahan hingga beberapa tahun kemudian.

Harian Mimbar Kie Raha, salah satu surat kabar yang pernah eksis di Ternate dan dapat disebut kedua terbesar setelah harian milik Group Jawa Pos, Malut Pos. Harian Mimbar Kie Raha didirikan oleh Faiz Albaar dan kawan-kawan. Faiz Albaar sekaligus sebagai Pemimpin Redaksi dan pemilik surat kabar yang berkantor di Jalan Kapitan Pattimura No. 49 Kalumpang, Ternate.

Harian milik group Jawa Pos pertama di Ternate dirintis pada 1999 menjelang peresmian Provinsi Maluku Utara. Awalnya surat kabar ini diberi nama Radar Kie Raha dan terbit percobaan beberapa kali. Baru pada 26 Maret 2003 surat kabar ini resmi diluncurkan dengan nama Malut Post. Kini Malut Post telah berkembang menjadi harian dengan tiras terbesar di Ternate bahkan di Maluku Utara.

Surat kabar berikutnya adalah Cermin Reformasi yang didirikan oleh Taraweh Djamaluddin yang sekaligus sebagai pemimpin redaksinya, dan Basri Hasan sebagai pemiliknya. Tak ditemukan informasi pasti kapan persisnya Cermin Reformasi mulai terbit tetapi surat kabar ini eksis sampai pada 2008-2009. Pada 2009, Cermin Reformasi beralih kepemilikan ke Burhan Ismail dan Burhan mengubah namanya menjadi Posko Malut.

Selain surat kabar dan tabloid di atas, pernah juga terbit beberapa suratkabar dan tabloid antara lain: (1). Marimoi, didirikan oleh Biro Humas Sekretariat Daerah Provinsi Maluku Utara pada akhir 2000-an. Umra Langasa dan Abdullah Ibrahim masing-masing dipercayakan sebagai pemimpin umum dan pemimpin redaksinya. Marimoi hanya terbit beberapa kali dan setelah itu tidak eksis lagi. (2) Fokus, didirikan pada Nopember 2001, dengan pemimpin umumnya Anwar Hanafi dan pemimpin redaksinya Mayruddin Maende. Kantor redaksinya di Jl. Ranbutan Kel. Makassar Barat, Ternate. (3). Pancona, didirikan oleh Muhlis Assagaf, Mohammad Reza dan Dedy F. Dano Dasim, pada akhir 2002 dan berkantor di Jalan Ketilang No. 70, Ternate. (4). Media Gamalama didirikan sekitar 2002 dengan Pemimpin Redaksi sekaligus Pemimpin Redaksinya Mayruddin Maende dan pemiliknya Gajali Abdul Mutalib. Media ini berkantor di Jalan A.M. Kamaruddin No 14, Koloncucu, Ternate. (5) Tabea, didirikan oleh Syarifuddin Oesman, Abubakar Nurdin, Basri Salama, M. Husni Sapsuha, Ashari Anwar, dengan edisi perdananya 9 April 2005 dan hanya terbit beberapa edisi. (6). Tabloid Parada didirikan oleh Anghany Tanjung, namun tak ditemukan informasi pasti tentang waktu pendiriannya.

Beberapa di antara surat kabar dan tabloid, edisi harian maupun mingguan yang masih eksis di Ternate sampai dengan 2011-2012, antara lain: dua surat kabar milik grup Jawa Pos, yakni Malut Pos dan Radar Halmahera (kantor surat kabar ini di Tobelo, namun beberpa kegiatan utamanya masih di Ternate); Posko Malut; Monitor; dan Tribun Malut. Terdapat juga surat kabar yang didirikan atau dirintis oleh M. Sofyan Daud (Penulis), Nuryadin Rahman, Ikhi Sukardi Husen, Masri Hidayat, dan Ramdhani Abubakar, yakni mingguan Swara Kie Raha yang terbit pertama kali pada Agustus 2011. Beberapa pendiri mingguan Swara Kie Raha kemudian mendirikan harian Gamalama Post, yang terbist percobaan 11 Juli 2012 dan terbit teratur mulai 1 Nopember 2012.

Selain surat kabar dan tabloid, di Ternate pernah diterbitkan beberapa majalah, di antaranya:Majalah Genta yang didirkan oleh M. Sofyan Daud (Penulis) bersama Syarifuddin Oesman, Rusli Djalil, dan beberapa kawan lainnya dan diluncurkan pada 20 Juni 2007. Majalah terbitan bulanan ini terbit tujuh edisi atau eksis kurang lebih setahun kemudian jeda terbit. Belakangan ini jajaran redaksi sedang mempersiapkan rencana menerbitkannya kembali; Majalah Joguru terbitan LPMP Maluku Utara dengan Pemimpin Redaksinya Ihsan Noersaid, yang juga hanya terbit beberapa edisi; dan Majalah Lentera Pendidikan terbitan Dinas Pendidikan dan Pengajaran Provinsi Maluku Utara.

Perguruan tinggi dan organisasi kemahasiswaan di Ternate, juga turut serta menyemarakkan dunia kejurnalistikan kampus melalui penerbitan buletin. Kelompok studi Ulil Al-Baab yang beranggotakan sejumlah mahasiswa Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Ternate sekitar tahun 1980-an pernah menerbitkan sebuah buletin stensilan yang diberi nama Buletin Ulil Al Baab yang lebih menyerupai jurnal ilmiah populer berisikan resensi hasil diskusi dan tulisan para anggota Ulil Al-Baab. Pemimpin redaksinya Sahaji Rafideso, sementara Darsis Humah, Moksen Sirfefa, dan beberapa teman lain sebagai staf redaksi. Buletin ini dapat disebut sebagai perintis awal pers kampus dan mahasiswa di Ternate bahkan di Maluku Utara pada umumnya.

Antara tahun 1996-1997, Suara Khairun didirikan oleh sejumlah dosen Universitas Khairun, antara lain Gufran Ali Ibrahim, M. Ridha Adjam, Margarito Kamis, dengan melibatkan sejumlah aktifis mahasiswa sebagai reporternya, termasuk penulis. Setelah terbit beberapa tahun Suara Khairun sempat jeda terbit cukup lama, dan baru pada dua-tiga tahun belakangan mulai diterbitkan kembali dengan perwajahan dan isi yang relatif lebih representatif.

Sementara di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Tabloid Jelajah didirikan oleh beberapa dosennya antara lain Kasman Hi. Ahmad, Herman Oesman dan Agus SB, dan pengelolaannya dibantu oleh Abdurahman Samiun. Edisi perdananya 5 Juni Januari 2002 tepat pada Harijadi UMMU yang pertama.

Beberapa organisasi kemahasiswaan dan forum studi mahasiswa di Ternate juga menerbitkan buletin, antara lain: Buletin Swa Cita, diterbitkan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) jurusan Komunikasi Universitas Muhammadiyah Maluku Utara; Buletin Al-Kindi, diterbitkan oleh aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, dan; BuletinInsan Cita, diterbitkan oleh Pengurus HMI Cabang Ternate. Di antara buletin yang ada, Al-Kindi yang relatif rutin terbit.

Sementara penerbitan di Ternate menjadi suatu fenomena yang berkembang antara 2003-2004, seiring berkembangnya beberapa media massa dan perguruan tinggi yang secara mutualitas memberi ruang bagi perkembangan para penulis dan dunia kepenulisan di Ternate dan Maluku Utara pada umumnya. Di antara para jurnalis dan akademisi ini ada yang menggagas pendirian lembaga penerbitan untuk menerbitkan buku-buku, baik buku kumpulan esai, kolom, dan artikel yang pernah dimuat di media massa tempat mereka bekerja, maupun buku hasil penelitian, tesis dan disertasi dari kalangan perguruan tinggi.

Sejauh yang dapat ditelusuri melalui tahun terbitan buku-buku Perguruan Tinggi di Ternate, maka Universitas Khairun yang merupakan salah satu Perguruan Tinggi tertua, sejak 1980-an sampai 1990-an telah memberikan dukungan terhadap penerbitan buku dari kalangan dosennya, dan baru menerbitkan buku secara mandiri ataupun bekerjasama dengan lembaga penerbitan lain sejak 2003 meskipun dengan intensitas penerbitannya yang relatif fluktuatif, dan baru terbatas menerbitkan karya-karya dari kalangan internal. Penerbitan buku dan jurnal yang secara fluktuatif ini terus berlangsung dan pada 2008-2009, Universitas Khairun membentuk Lembaga Penerbitan Universitas Khairun (LepKhair) dan intensitas penerbitan buku pun meningkat signifikan.

Penerbitan yang relatif lebih intens berlangsung di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara dengan lembaga penerbitan UMMU Press yang didirikan pada 23 Juni 2003. Selain menerbitkan karya-karya para dosennya, UMMU Press juga menerbitkan beberapa karya kalangan eksternal, misalnya dari kalangan sastrawan maupun kalangan birokrat.

Di luar kedua Perguruan Tinggi ini, terdapat lembaga penerbitan lain baik yang didirikan oleh kalangan jurnalis, LSM, komunitas penulis, maupun kalangan profesional.

Beberapa lembaga penerbitan di Ternate dan buku terbitannya, antara lain: Forum Studi Podium dan Madani Press yang menerbitkan buku “Damai Yang Terkoyak, Catatan Kelam Dari Bumi Halmahera” (2000); PT. Gamalama Media, yang menerbitkan buku “Perjuangan Rakyat Maluku Utara Membebaskan Diri Dari Kolonialisme” (2004); Pustaka Foshal (Forum Studi Halmahera), LSM yang memberi perhatian pada penerbitan dengan buku terbitannya “Potret Gelisah Negeri Pinggiran, Perspektif Kritis Atas Maluku Utara” (2005); Kalamata Institut yang menerbitkan buku “Negeri Nita Malili” (2006); Tintapena Publisher, yang menerbitkan buku “Menggugah Kesadaran Hukum dan Politik Masyarakat” (2007); Pusat Kajian Sosiologi UMMU, dengan terbitan perdananya “Transformasi Sosial Politik dan Problema Pembangunan” (2008); Genta Mediapublika (Komunitas Garasi Genta) dengan terbitan perdananya berupa kumpulan pusi “Jejak Arus, 99 Puisi Pilihan” (2010); Pena Khairun dengan terbitan perdananya sekaligus dua buah buku; antologi puisi “Lentera Fajar” dan “Orang Miskin Menatap Masa Depan” (2011);

Dua lembaga penerbitan yang disebut terakhir didirikan seiring berkembangnya minat terhadap penulisan karya-karya sastra terutama puisi di Ternate. [msd]

———–

Sumber: M. Sofyan Daud, “Ternate Mozaik Kota Pusaka”, (Genta Mediapulik/Komunitas Garasi Genta, 2012), hlm. 264-270

Referensi:

Hamid Kotambunan, “Perjuangan Rakyat Maluku Utara Membebaskan Diri dari Kolonialisme” (Gamalama Media, 2004)
M. Adnan Amal dan Arnyta Djafar, Maluku Utara Perjalanan Sejarah 1800-1950, Jilid 2, (Universitas Khairun, 2003)
Eriyanto, Artikel, “Koran Bisnis dan Perang”, (http://bumidoc.blogspot.com), akses minggu 14 Agustus 2011.
Arisa Murni Rada, Artikel, “Selamat Tinggal Hutumuri” (http;facebook), akses 03 Agustus 2011.
Pemilik dan Editor Media Cetak di Maluku Utara (www.undp.or.id), akses 3 Desember 2011.
Wawancara dengan Halit Djakrora, mantan redaktur dan Pemred Ternate Pos, via social media, 23 Juli 2011.
Wawancara dengan Abdullah Dahan, wartawan Malut Pos, 29 Juli 2011.
Wawancara dengan Budi Nughrianto, wartawan Posko Malut, via social media, 25 Juli 2011.
Wawancara dengan Darsis Humah, Akadeimisi STAIN Ternate dan Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.
Pointer diskusi dengan Rusli Djalil dan Syarifuffin Oesman, jurnalis senior di Ternate; dan “Opa” Rudi Fofid, jurnalis senior Harian Suara Maluku, Ambon
UPDATE:

Pada 2004-2005, Muhlis Tapitapi, M. Syarif Tjan, dan kawan-kawan mendirikan suratkabar Halut Press. Muhlis menjadi pemimpin umum dan Syarif Tjan dipercayakan sebagai pemimpin redaksinya. Di awal pendiriannya Halut Press berkantor di Jalan Siswa, Takoma, Ternate, berseberangan jalan dengan Masjid An-Nafi’ Takoma.

Pada penghujung 2012, hadir lagi satu tabloid yang diberi nama Momentum, didirikan oleh Dino Umahuk, Ikhy Sukardi, Adi Mawardi, Isra Muksin, dan kawan-kawan, dimana Dino Umahuk sebagai pemimpin redaksinya. Tabloid ini berkantor di Jalan Kapitan Pattimura No. 500, Kalumpang, Ternate, dan beberapa bulan setelahnya pindah ke Jalan Batuangus, Toloko, Ternate.

Menyusul satu surat kabar bernama Mata Publik yang diperkirakan terbit awal 2013, berkantor di Jalan Yos Sudarso No. 555, Maliaro, Ternate, dikelola oleh Noho Marahe sebagai pemimpin umum, Irianto Abdulgani dan Adnan Ways, masing-masing selaku pemimpin redaksi dan redaktur eksekutifnya.

Akan sangat berguna, bila ada data dan informasi dari Anda yang dapat memperbaiki atau melengkapi tulisan ini dalam edisi revisinya. Terima kasih.suarakaltim. Foto : malut post.

Related Post