Pernyataan Wiranto soal Demo Disusupi Islam Radikal Dibantah Mahasiswa, Rocky Gerung : Menkopolhukam Norak

Minggu, 29 September 2019 | 6:10 pm | 184 Views |
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
                                                                     
JAKARTA,  SUARAKALTIM.COM-Sultan Rivandi, Ketua Dema UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menanggapi tuduhan Menkopolhukam Wiranto soal adanya penumpang gelap dalam aksi demonstrasi Mahasiswa Selasa (24/9/2019).

Tak hanya Sultan Rivandi, hal itu juga ditanggapi oleh Peneliti P2D Rocky Gerung yang menilai pernyataan Wiranto itu norak.

Hal itu disampaikan keduanya pada dialog Kupas Tuntas di CNN Indonesia.

Tampak sebelumnya diputarkan video Wiranto mengatakan akan adanya dugaan gelombang baru yang perlu diwaspadai.

Gelombang baru yang dimaksud yakni kelompok Islam Radikal, suporter bola, tukang ojek hingga medis.

“Karena akan mengerahkan kelompok Islam Radikal atau garis keras, juga akan melibatkan para suporter, hati-hati suporter bola kaki pun akan disasar untuk dilibatkan dalam gerakan itu. Kemudian teman-teman buruh jangan sampai nanti juga mau atau dipengaruhi oleh mereka-mereka yang akan membangun kekacauan ini. Juga tukang-tukang ojek dan para medis, bahkan para medis ini sudah diberikan penyesatan,” jelas Wiranto.

Dilansir dari Youtube CNN Indonesia Sabtu (28/9/2019), Rocky Gerung pun menanggapi pernyataan tersebut dengan keras.

Baca Juga : Demo di Grup WhatsApp Keluarga, Netizen Ini Diprotes Balik Ayahnya

“Norak sih statementnya Pak Wiranto, karena dia sebut petugas medis, hati-hati pada petugas medis, hati-hati pada tukang ojek, hati-hati pada Islam radikan segala macam hati-hati, padahal itu juga demonstrasi. Saya provokasi mahasiswa untuk demonstrasi, saya bolak balik ke kampus saya provokasi emang, kenapa? Apa yang salah? Demonstrasi itu hak untuk menyatakan pikiran, kalau kita memprovokasi orang untuk menyatakan pikiran, apa yang salah?,” jelas Rocky Gerung.

Menurutnya, Wiranto lah yang sebenarnya sedang melakukan kontraprovokasi.

“Justru Wiranto tuh yang salah karena dia bikin kontraprovokasi dengan menakut-nakuti orang yang mau demo. Logikanya kan begitu? Dia panik dengan gerakan mahasiswa dan STM, lalu berupaya untuk menghasilkan narasi baru yang sifatnya menakut-nakuti, padahal demonstrasi itu adalah inti dari demokrasi itu. Jadi kalau saya mau provokasi demonstrasi, saya memprovokasi inti dari demokrasi itu,” katanya lagi.

Lebih lanjut Rocky Gerung mengungkap bahwa setiap aksi demonstrasi pada ada pihak yang memanfaatkannya.

“Itu standardnya, sekarang kata provokasi ditakutin orang, ya provokasi aja, gak ada soal, tunggangi ya pasti tunggang menunggangi itu hal biasa, karena nggak ada demonstrasi yang nggak ditunggangi itu,” katanya.

Baca Juga : Unjuk Rasa Di Makassar, Seorang Mahasiswa Ketabrak Barracuda Polisi

Meski begitu, ia membenarkan apa yang dikatakan Wiranto soal penumpang gelap.

Namun ia tak setuju dengan caranya yang malah menakut-nakuti.

“Yang dikatakan Wiranto itu wajar, tapi bukan dengan cara menakut-nakuti. Kalau dia pemimpin politik, pemimpin keamanan, ya gak usah ngomong, dia tangkep aja, kan ini nakutin orang kan,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Dema UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sultan Rivandi mengaku diskusi dengan negara tidaklah asyik.

“Saya lebih asyik berdiskusi di sudut-sudut diskusi Ciputat dibandingkan berdiskusi dengan negara. Karena ketika kita turun ke jalan membawa sebuah argumen, tapi resonansi komunikasi yang dihadirkan kepada kita penuh dengan sentimen,” katanya.

Ia pun mengatakan kalau sentimen pertama yang dihadirkan pemerintah yakni aksi tersebut seolah ditunggangi pihak lain.

Baca Juga : Demo Mahasiswa di Kendari, Randi Tewas dengan Luka Diduga Tembakan di Dada Kanan

“Loh sekrang saya tanya, dalam iklim demokrasi, fenomena politik apa yang bisa memastikan bahwa tidak ada penumpang dalam politik dalam demokrasi? Penunggang gelap itu pasti ada, tapi apakah kemudian itu yang di-zoom in kan? Apakah itu yang kemudian mesti kita kapitalisasi, apakah tidak ada substansi dan isi yang kita bawa di sana? Jadi seolah kok tidak ada argumen balik yang nyampe ke kita, agar kita bisa menjawab dengan ilmu gitu loh,” bebernya.

Mendengar pernyataan tegas dari Sultan Rivandi tersebut, Rocky Gerung pun langsung tertawa puas.

“Yess,” kata Rocky Gerung sambil tersenyum dan mengangguk-anggukan kepala.

“Lalu kita diberikan tudingan bahwa akan ada islam radikal, dan menggagalkan pelantikan Pak Jokowi, haduh,” kata Sultan Rivandi.

“Itu Menkopolhukam loh yang ngomong, serius sekali,” kata pembawa acara, Bayu.

“Iya, Pak Wiranto memang betul, dan serius sekali berbicara, dan kita pengen serius mengatakan bahwa kami hanya ingin mengisi pos-pos kritis yang hari ini hilang,” ujarnya.

Ia pun menyayangkan bahwa saat ini tak ada lagi yang mengkritisi pemerintah, bahkan ia menyebut kalau perlu Mahasiswa lah yang akan jadi oposisi.

“Kontestasi politik 2019 lalu luar biasa pembelahan politiknya, seolah berbicara politik ini soal surga dan neraka gitu loh, pembicaraan politik ini hidup dan mati. Tapi ketika pembicaraan soal RUU KPK, sama sekali tidak ada pembelahan politik karena rekonsiliasi. Maka kalau semuanya rekonsiliasi, biar Mahasiswa yang oposisi,” tutupnya disambut tepuk tangan.

sumber : cnn

Related Post