Mengenal Sastrawan dan Karyanya : Mahmud Jauhari Ali, “Lelaki Lebah” dari Banjar

Sabtu, 22 Desember 2018 | 2:33 pm | 657 Views |
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
                                                                     

Mahmud Jauhari Ali (MJA adalah sastrawan nasional asal Kalimantan Selatan. Lahir di Banjarmasin pada tanggal 15 Januari 1982. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di surat kabar harian, majalah, tabloid, jurnal ilmiah, dan beberapa laman kebahasaan dan kesastraan. Ia Juga mengelola laman pribadinya di www.mahmud-bahasasastra.co.cc. atau www.mahmud-bahasasastra.blogspot.com. Laman itu pulalah yang mengantarkannya sebagai Juara II Tingkat Nasional dalam Lomba Blog/Laman Kebahasaan dan Kesastraan yang diselenggarkan oleh Pusat Bahasa (sekarang Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa), Jakarta dan Balai Bahasa Bandung tahun 2009.

 

Buku-buku karangan tunggalnya yang telah terbit adalah Lingkar KataKupu-Kupu KuningDemi Pernikahan AdikMenanti Tamu LebaranBulan di Padang LalangImanku Tertelungkup di Kakinya, Lelaki Lebah, Selia, Cinta di Tepi Geumho, Kudekap Hatinya di Bawah Langit Seoul, Galaupolitan, Sebait Cinta di Bawah Langit Kairo, My Love Is A White Hacker, Cinta di Tepi Gaza, The Sweetest Heart, A True Love in Baghdad, The Miracle of Love,  My Restaurant, My Love, and My Future, Pahari, Dear Coboy Junior: Wait Me in Your Concert, Dear Coboy Junior (2): I Will Always Support You, Teror Tengah Malam, Ganteng-Ganteng Setan, Pacar ke-13, 13 Kisah Horor di Asrama, 13 Kisah Horor Malam Jumat Kliwon, dan beberapa buku lainnya seperti Mengenal Rumah Tradisional di Kalimantan. Dia juga mengeditori kumpulan cerpen Senja di Teluk Wondama yang memuat 11 cerpen pilihan bertema bahasa dari seluruh Indonesia.

 

Salah satu hasil kerjanya, sejak 2006, bersama para pakar leksikostatistik dan dialektometri telah dijadikan sebuah Peta Bahasa resmi di Indonesia pada tahun 2008.

 

Karya-karyanya juga dimuat dalam beberapa antologi bersama, di antaranya Di Merah Fajar Esok Pagi (antologi bersama Komunitas Sastra Indonesia Cab. Kertak Hanyar), Risalah Penyair Gila (antologi esai bersama Ahmadun Yosi Herfanda, dkk), Doa Pelangi di Tahun Emas (antologi puisi Aruh Sastra 2009 bersama Arsyad Indradi, dkk), Menyampir Bumi Leluhur (antologi puisi Aruh Sastra 2010), Menjaring Cakrawala (antologi puisi bersama Isbedy Stiawan ZS, dkk), Kalimantan dalam Puisi Indonesia (antologi puisi Dialog Sastra Se-Borneo—Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam bersama Korrie Layun Rampan), Akulah Musi (antologi puisi Pertemuan Penyair Nusantara V2011—Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Thailand), Seloka Bisu Batu Benawa (antologi puisi Aruh Sastra 2011), Beranda Rumah Cinta (antologi puisi bersama Dimas Arika Mihardja, dkk), Tuah Tara No Ate  (antologi sastra Temu Sastrawan Indonesia IV, Ternate, 2011), Suara 5 negara (antologi puisi bersama perwakilan penyair lima negara di Asia Tenggara), Sungai Kenangan (antologi puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan 2012), dan Sauk Seloko (antologi puisi Pertemuan Penyair Nusantara VI 2012—Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Thailand ). 

 

Makalahnya berjudul Bahasa Indonesia, Film Nasional, dan Generasi Bangsa dimuat di majalah Nawala, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Jakarta tahun 2008.  Pada tanggal 16—18 Mei 2008 menjadi pemakalah dalam Seminar Bahasa Nasional di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Ia diundang pula oleh pihak Universiti Malaysia Sarawak untuk menjadi pembentang/pemakalah dalam Konferensi Antaruniversiti Se-Borneo IV tahun 2008 (makalah yang diterima adalah Peranan Mamanda terhadap Eksistensi Bahasa Banjar).

 

Dalam Kongres Bahasa tahun 2008, makalahnya berjudul Mantra Banjar: Bukti Orang Banjar Mahir Bersastra Sejak Dahulu diterima sebagai makalah kontribusi. Makalah itu juga diterima dalam Persidangan Seni Kebangsaan 2009 di Universiti Malaysia Sabah dan dimuat dalam Jurnal Meta Sastra, Bandung.

 

Sebagian karyanya dijadikan bahan penelitian dan skripsi, diantaranya adalah,  Konsistensi Keimanan Tokoh Utama pada Novel Sebait Cinta di Bawah Langit Kairo Karya Mahmud Jauhari Ali dengan Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy Suatu Kajian Bandingan (Beta Puspa Sari, FKIP, Universitas Bengkulu), Religiusitas Tokoh Utama dalam Novel Sebait Cinta di Bawah Langit Kairo Karya Mahmud Jauhari Ali Suatu Tinjauan dari Sudut Pandang Psikologi Agama (Ireb Intan Putri, Hasnul Fikri, dan Dainur Putri, Jurnal FKIP, Universitas Bung Hatta), Konsep The 7 Islamic Daily Habits dalam Novel Pahari Karya Mahmud Jauhari Ali (Nailiya Nikmah, Jurnal FKIP, Universitas Negeri Borneo, Tarakan), Analisis Kajian Semiotik dalam Novel Sebait Cinta Di Bawah Langit Kairo Karya Mahmud Jauhari Ali (Mawaddah Warohmah Azhari, FKIP, Universitas Islam Riau), Analisis Psikologis Tokoh dalam Novel Sebait Cinta di Bawah Langit Kairo Karya Mahmud Jauhari Ali (Hendra Jayadi, STKIP PGRI Banjarmasin), Kajian Etnografi Terhadap Novel Sepasang Matahari Karya Mahmud Jauhari Ali, (Rahmayana, STKIP PGRI Banjarmasin), Kritik Sastra Feminis dalam Novel Cinta di Tepi Gaza Karya Mahmud Jauhari Ali (Jonika, STKIP PGRI Banjarmasin), Nilai-nilai Moral pada Novel Sebait Cinta di Bawah Langit Kairo Karya Mahmud Jauhari Ali (Izzatul Yazidah, STKIP PGRI Banjarmasin), Warna Lokal Kalimantan dalam Novel Lelaki Lebah Karya Mahmud Jauhari Ali (Julia Ellysa, STKIP PGRI  Banjarmasin), Nilai Moral dalam Kumpulan Cerpen Imanku Tertelungkup di Kakinya Karya Mahmud Jauhari Ali (Yuli Annisa, STKIP PGRI Banjarmasin), dan Analisis Konflik Tokoh dalam Novel Sebait Cinta di Bawah Langit Kairo Karya Mahmud Jauhari Ali (Rina Wulandari, FKIP, Universitas Islam Riau). 

 

Puisi-puisi Mahmud Jauhari Ali, di antaranya

 

Dan, Kau Aku

 

aku adalah kau

begitu pula kau adalah aku

serupa dua air yang kehilangan rupa

menjadi setubuh cahaya

di jalan sunyi yang syahdu dalam kalbu

 

diam-diam embun melukis kau dan aku

bulat satu menggantung di ujung daun

hilanglah segala kata

remuk segala suara

hening dalam bening

dan batin sehangat malam

tinggallah bahagia menatap wajahmu

cahaya segala cahaya

 

2017

 

 

Di Mana Aku

 

andai kau bertanya di mana aku

aku pemabuk yang lupa pulang

semua tempat adalah kau

melingkupi segala

 

di bukit yang terjal aku biasa mabuk

aku tersandung batu lalu jatuh merebahi rumput

paginya aku turun bukit dan mabuk lagi

lalu aku tertidur

ketika siang, kudapati jasadku terkapar dalam kusut

 

oh, di mana aku

carilah aku di hatimu

dan kau di hatiku

karena kaulah tuak sejatiku

berbulan-bulan,

bertahun-tahun aku mabuk dirimu

 

siang jadi malam,

malam tak jadi apa-apa

tiada wujud

kecuali mabuk

kau, dan kau lagi

di segala ruang hatiku ada kau

sebagai dirimu, sebagai rumahku

 

2015

 

 

Di Tempat Suci

 

ada angin

ada hujan jatuh menderai

ada yang jatuh

99 asma disebut-sebut

lalu darah mengalir

roh-roh dijemput

yang ditinggal berkaca-kaca

lalu menyeka air mata

duka dan suka berbaur

sebab pergi

tapi menuju ilahi

 

sedang udara tak lagi mengamuk

liang-liang pun menganga

siap menampung yang dijemput

 

lalu kita

adakah serupa mawar dalam diri

hidup di tangkai kecil dan dahan-dahan duri

tertimpa hujan, menahan terik

lalu mekar menikmati pelangi

 

2015

 

Gadisku

 

di sudut gang aku menunggu gadisku

wajah rembulan beralis ranum

mata sipit selengkung sabit

 

samar-samar kulihat para jejaka mengintipku

mata-mata pelangi yang rindu wajah gadisku

 

kulihat udara berparas angsoka

aku menunggu, mereka menunggu

ribuan lilin menyala

lensa-lensa membidik cepat

tapi wajah gadisku tersembunyi di balik gerhana

 

entah suara atau dongeng lama

aku mendengar gadisku

memantul ke telinga

semerdu petikan senar dari not-not balok

angka-angka dan simbol-simbol suara

 

oo… gadisku,

dalam jalinan angka usia

rohnya melampaui wajahnya

rembulan sewarna perak menyala 

 

dan di sudut gang aku mengkhayal tentang gadisku

tubuhnya terlepas dari gerhana

tampaklah wajah rembulan beralis ranum

lalu aku menyebut namanya, manggilnya, “Merdeka!”

tapi bilakah itu tiba? menjadi nyata

 

2015

 

 

Alas Langkah

 

adalah sepasang langit yang berpindah-pindah tempat

berganti-ganti kaki, hingga terbuang, lalu mati

 

suatu sore, di bawah gerimis

sepasang langit pernah berada di anak tangga masjid

menunggu pemuda yang sedang khusyuk dalam wirid

dan seorang pemuda lain membawa mereka diam-diam

menukarkannya dengan angka-angka

menjadi bilangan dan riang tawa

 

di sebuah mal, sepasang langit berjalan-jalan

di jalan, mereka terdiam

sementara selembar daun di atas aspal tertindih batu legam

sebab warna hijaunya telah menjelma dahaga

 

waktu pun bergulir,

mereka yang sepasang itu kian usang

warna biru menjadi abu-abu campur debu

lalu pemuda berambut cokelat itu

meninggalkan sepasang langit, dalam diam

 

2015

 

 

Dekat Rumah Duka

 

di dekat rumah duka aku menyiram sebuah wajah

ada kuntum bunga segar sedang mekar

angin berembus

ada aroma pesing, seorang anak berdiri sambil kencing

lalu pergi dengan suara yang bising

 

kutengok kembali rumah di dekatku

tanda-tanda suci yang kurindukan melekat tiada henti

sementara angin masih berembus

dan aku melangkah

menujunya

 

semerbak harum menyergapku tiba-tiba

seperti di taman bunga

kelopak-kelopaknya mekar penuh warna

 

sedangkan di sini, di tempatku menyiram wajah ini

ada pampers yang terselip di selokan

tiga filter rokok menyumbat lubang klosetnya

air kuning menggenang di lantai kotak-kotak

dan tragis, darah menempel amis

 

kusiram-siram, kusiram-siram

kuangkat dan kupel

menjadi punah

semuanya suci

tapi bilakah akan menepati janji

mengabdi dalam iman yang abadi

 

2015

 

 

Tanah Leluhurku

 

tanah leluhurku ada dalam peluh bapakku

yang membulir di antara rindu dan bayang-bayang semu

 

sementara napasku terus bergulir,

bagai uang recehan yang menggelinding

jauh di sepanjang kaki langit,

menelusuri jejak menuju maut

 

dan setelah bertahun-tahun berlalu,

kutemukan tanah leluhurku meneteskan air mata

rumah-rumah serata tanah

pohon-pohon mengalir

pemakaman massal menggunung

masjid-masjid retak

jasad-jasad terpendam serupa jenazah

lalu mati menghadap ilahi

teriakan pun pecah

bocah-bocah kehilangan orang tua

janda-janda menelan kehampaan

duda-duda mengeruk tanah-tanah

memendam nelangsa, melakoni hidup

pada lembar-lembar usia yang tersisa

 

siang dan malam tanah leluhurku menari-nari dalam pikiranku

tak mau diam

tak sunyi

tak mau pergi

membujukku terbang menujunya

membebat luka dan duka di sana

: di tanah kelahiran leluhurku

 

2014

 

 

Peluklah Derita, Peluklah Mereka

 

Bukit Meratus seperti cerita bapakku

tentang hewan-hewan ternak, sayur-mayur,

permainan-permainan kuno,

dan cara mengeja huruf-huruf arab dengan nyanyian khas wali-wali

yang tak terjamah oleh anak-anak kota

 

di dekat Bukit Meratus pula,

aku duduk di depan layar cembung

yang menyiarkan tanah tempat tafakur bapakku longsor

menerjangi segala di bawahnya

: rumah-rumah, hewan-hewan ternak, sayur-mayur

juga puluhan warga, hingga jeritan melayang ke udara

seperti air yang menguap menjadi awan

lalu jatuh menjelma tangisan

 

di dekat Bukit Meratus,

terkenang segala ingatan tentang bapakku 

juga kalimat yang pernah keluar dari mulutnya,

“Peluklah derita, peluklah mereka.

Melihat saja, hanya akan menebar derita dalam dada!”

 

2014

 

 

Jasad-Jasad yang Terkubur

 

pucuk ranum, kuncup bunga, ranting muda,

dan butiran debu di batang tua, malayang diterjang badai

bagai perahu yang merapat tanpa jangkar. sejenak,

lalu berlayar menciptakan gelombang pada suhu yang hangat

 

dan suatu waktu yang pasi

tawaku terbahak-bahak, tapi seketika pula

suaraku itu terkubur dalam-dalam bersama jasad-jasad

yang diterjang dan ditimbun tanah

dengan beban berton-ton

 

seandainya semua itu hanyalah film fiksi,

tentang korban alam yang hancur,

aku hanya membulirkan air mataku  

sambil menghabiskan berlembar-lembar tisu milik kekasihku

tapi ini sebuah nyata, yang tak bisa berhenti

hanya dengan menekan tombol off televisi

 

mataku pun nanar, suaraku tersangkut di tenggorokan

dan mirisku telah menjelma kepedihan dan doa-doa

sementara jasad-jasad itu,

seakan berkata, “inilah kehendak Tuhan. maka, berbahagialah!”

 

2014

 

 

Sebuah Halusinasi

 

“terima kasih terkadang hanyalah sebuah halusinasi,” bisikmu

serupa hayalan tentang negeri harapan

saat berjuta bendera berkibaran

di antara lambaian daun-daun ubi

pada cuaca yang benderang

saat anak-anak tertawa riang

 

aku tak tahu maksudmu tentang terima kasih itu

tentang halusinasi, tentang bendera, atau keriangan

yang kutahu daun-daun mengering

tanah meretak-retak

sungai-sungai kecil kehabisan airnya

lahan gambut terbakar

asapnya menjelma kabut

seperti udara di negeri yang kelabu

langit pun seakan dekat dan tangan-tangan telah menggapainya

meraih cita-cita dalam kabut yang kian pekat

 

sementara di taman kanak-kanak

bocah-bocah kecil diajarkan berterima kasih

lalu mereka mengatakannya dengan cara yang polos

orang-orang tua tersenyum mendengarnya. tetapi,

aku tiba-tiba ragu ketika mereka berterima kasih kepada presiden

juga wakil-wakil rakyat di parlemen

tanpa tahu siapa orang-orang penting itu

 

mungkin itukah maksudmu,

terima kasih terkadang hanyalah halusinasi

ujaran tanpa kesadaran saat menyatakannya 

bahkan, orang dewasa kadang mengutarakannya pula

namun di belakang, hatinya kesal setengah mati

 

 2015

 

 

Mantra Cinta

 

mantra dari kata

kata dari bayangan dalam broca

wajah kekasih adalah bayangan

maka jadilah mantra cinta

 

sebuah perahu menuju dermaga

menemui bibir kekasih yang rindu jejaka purba

mengharap beribu kecupan singgah di hati jingga

 

“cintaku jauh di pulau,” ucap Chairil

tapi mantra mengayuh perahu

sampai di pelabuhan

 

dua sosok saling menghadap

empat mata berpelukan

tangan berjabatan hangat

sehangat  darah yang mengalir dalam dada pencinta

 

dan cinta masih didekap mantra

mantra dihidupi cinta

 

2015

 

Ket:

broca:  otak kanan (belum ada padanan yang tepat dalam bahasa  Indonesia untuk istilah ini?

 

 

Di Bawah Jembatan Kahayan

di bawah tubuh rebahnya itu tak ada perahu

tak ada pula gerak gelombang yang memburu

 

kubuka kembali guratan warta di tanganku,

“rupiah terjungkal,

banyak usaha gulung tikar.”

ooh, gulung, menggulung-gulung

maka terbayanglah sebuah gulungan di kepalaku

 

dan tadi malam,

ada sebuah gulungan tikar milik gadis penjual udang

di tengah gulungan itu ada lubang

serupa terowongan panjang

jalan musafir yang rindu pulang

 

lalu kubuka lagi sisanya,

“tenaga-tenaga asing mengisi negeri.”

segera terbayang kembali olehku gulungan tikar gadis itu

terowongan panjang

jalan masuk yang lengang

seperti air mengalir dari jauh,

sampai di sini

 

sementara anak-anak negeri bernyanyi di bawah merah putih

dan kudengarkan pula lagu kebangsaan dari dekat tanganku

“Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku.”

aku menyapa, dia menyapa

lalu sebuah kalimat pendek keluar dari mulutnya,

“ada 222 titik api di Kalimantan ini.”

aku tersadar

napasku tersengal

dadaku menyempit

kuhadap langit,

tak ada biru,

tak ada putih

hanya abu-abu yang kelabu menyambutku

 

2015

 

 

Remang-Remang yang Panjang

 

suatu malam setelah pesta usai, kudapati tiang-tiang baru

di tiap tiang itu ada bola lampu

tapi aku melihat semuanya bukan karena lampu-lampu itu

melainkan purnama menjelma pelita besar yang menyala

 

mungkin sebuah kemakluman, pikirku

lampu-lampu itu tertidur di jalan sunyi sambil bermimpi:

menyanyikan lagu-lagu kemesraan

dalam detik-detik penuh cinta

sebelum fajar menyingsing,

kemudian malam pun punah ditelan matahari

 

dan mendadak sebuah ingatan menyala di kepalaku

sebuah rangkaian kata tertimpa cahayanya,

“upeti-upeti jalan.”

di manakah upeti-upeti itu disembunyikan

 

tampaknya sejarah selalu diingat dan dikenang

bahwa papah dan mamah selalu menang

sedangkan jelata hanya diperah dan dijajah

menahan amarah dalam dada yang parah

 

2015

Kerajaan Terakhir Satwa Borneo

 

sebuah delta, pulau hijau

hutan mangrove seperti rimba belantara

di atasnya lengkung langit membiru

Jembatan Barito membentang panjang

 

di dalam rimba bekantan mengunyah rambai

biawak berlari-lari

elang terbang melayang

dan ikan bakut asyik berenang-renang

 

di sekitarnya perahu kelotok bernyanyi riang

gelombang menari-nari

kapal tongkang ditarik hingga jauh

sementara gunung-gunung batu hitam menumpang di atasnya

 

sedangkan di seberangnya pasir sungai menumpuk

butir-butirnya diangkut truk

lalu semen setubuh pasir

gedung-gedung terbangun

menggerus sawah dan kebun-kebun subur  

 

dan di Pulau Bakut ini angin masih berembus 

daun-daun sama berbisik

tanah basah ditumbuhi akar-akar

satwa pun beranak-pinak

merekam jejak pada zaman sendu yang kian liar dan rusuh

 

2015

 

 

Tentang Kabut dan Hujan

 

“kembali ke Palangka,” ucapku

kau merengut

detik jam berhenti sebeku tubuhmu

napasmu tersengal

wajahmu merah padam di dekat kerudungmu yang abu-abu

 

aku tahu, kembali ke kota itu

adalah memunguti masa kelammu

rumahmu menjadi arang

kabut asap menyerang paru-parumu

lalu kekasihmu kabur di luar kabut

 

itulah masa-masa yang ingin kaulupakan

dan, tenanglah, Sayang

aku hanya ingin mengenang pertemuan kita di sana

mengingat sebait gerimis yang menjelma hujan

sebelum kau mengecup kedustaannya

 

dan di ruang segitiga ini, aku kadang tersenyum sendiri

mengenang masa lalu

saat kita sama kebasahan

“minumlah kopi agar tubuhmu hangat,” ucapmu.

lalu kita menikmatinya di bawah hujan waktu itu

 

ya, hujan.

dan mungkin hanya hujan obat lukamu

tapi bilakah hujan tiba

mengisi kolam-kolam yang dangkal

membasahi kabut pekat

menghapus jejaknya yang kusut

 

2015

 

 

Menunggu di Dahan

 

seorang gadis menunggu ayahnya

pemain seruling berlubang enam

ia rindu pria itu,

pada tatapan mata, embusan napas,

dan pada suara musik yang mengalun dibuai jemari

yang kadang terhenti

lalu melantun kembali dipukul angin

dari atas pohon kenari

 

musim telah berganti

tapi ia tetap duduk

wajahnya masih jelita

sebait mantra keluar dari mulutnya

“daun ditusuk angin

tanah meretak ditimpa air

burung menggelapar

dunia pun ditelan ribuan sansai”

 

kini, angin enggan bertiup

sayap elang mengepak-ngepak

suaranya mengalun, memanggil-manggil

serupa panggilan kematian di sudut-sudut ruang

tapi gadis itu tetap menunggu

 

tak lama, kakinya berayun-ayun

mengiringi gerak air yang membulir di pipinya

dan tiba-tiba suara seruling mengalun

hatinya bersayap

seolah hendak melayang

wajahnya menoleh

namun sayang, bukan ayahnya

seorang kakek berjalan sambil bermain seruling

di dekat dahan tempat ia menunggu ayahnya: Almahdi

yang mengalirkan suara kejujuran

dari enam lubang keadilan

tiga di jemari kanan dan tiga di jemari kirinya

 

2015

 

 

 Listrik

 

Selia menggesek pentol korek api di ruang gelap,

“aku yakin orang asing mengira kita ini kaya listrik,”

suaranya serak

 

terbayanglah batu bara di kepalaku

pembangkit listrik tenaga uap

 

“dengarlah aliran air!” katanya, “ lalu bayangkanlah turbin-turbin!”

ia sendiri asyik menggesek pentol korek

yang apinya tak kunjung menyala seperti perempuan sunyi

di dunia fantasi:

dunia yang konon tanpa matahari

gelap gulita disertai suara-suara tragedi

 

tak lama, api menyala di tangannya,

dan kulihat air mata Selia membulir di pipinya

 

2015

 

Di antara karya novel Mahmud Jauhari Ali, yaitu :

Pahari

Judul: Pahari (Novel)
Penulis: Mahmud Jauhari Ali
Penerbit: Bhuana Sastra, BIP (Kelompok Gramedia)
Cetakan: I, Desember 2013
Tebal: 256 hlm

Sinopsis:

Pahari kecil adalah seorang anak yatim piatu yang harus bekerja keras untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya setelah ditinggal mati kedua orang tuanya. Kehidupannya berubah setelah ia bertemu Raffah, pengemis kecil yang menguntitnya ke mana-mana, dan akhirnya diangkatnya menjadi adik. Maka dimulailah kisah perjuangan hidup mereka berdua untuk meraih kesejahteraan hidup. Sebuah kisah kehidupan yang mengharukan tentang sepasang anak manusia yang berusaha mencapai cita-cita, makna, dan kesejahteraan hidup di jantung Borneo. Dengan pertolongan Allah swt, matahari yang menyinari bumi, tanaman lombok yang hijau subur, serta para sahabat, membuat mereka melihat makna yang lebih dalam tentang perjuangan hidup.

My Restaurant, My Love, and My Future 

Judul: My Restaurant, My Love, and My Future 

Penulis: Mahmud Jauhari Ali

Terbit: September, 2013Tebal: 223 hlm

Penerbit: Araska

Sinopsis    

 

Rumah makan milik Siwon di Gangnam, Seoul, mengalami kemunduran besar. Kian lama kian buruk keadaannya meskipun dia sudah menggunakan jasa perusahaan-perusahaan iklan ternama di kota tersebut. Karena keadaannya yang kian memburuk, dirinya berpikir untuk menutup rumah makannya itu. Hingga suatu waktu, dia bertemu dengan Park Shin Hye yang ternyata juga seorang ahli pembuat iklan. Diam-diam, Siwon menaruh hati pada artis cantik yang merupakan idola banyak pria ini. Sementara Kim Min Ah yang merupakan presiden direktur sebuah grup perusahaan mapan, terus berusaha membuat Siwon mencintainya.

Di sisi lain, ada Lee Tae Soo yang sangat mencintai Park Shin Hye. Karena rasa cinta pria itulah, Siwon mencurigainya terlibat dalam tiga kasus kriminal yang berhubungan dengan rumah makannya dan Park Shin Hye. Nah, bagaimanakah kisah seru selanjutnya? Apakah Siwon berhasil merebut hati Park Shin Hye dan juga memajukan usahanya? Ataukah malah gadis itu akan menjadi kekasih Lee Tae Soo? Lalu bagaimana pula kelanjutan hubungan Siwon  dengan Kim Min Ah dalam hal cinta? Ikuti kisah dalam novel ini hingga tuntas.

 

The Miracle of Love

Judul: The Miracle of Love 

Penulis: Mahmud Jauhari Ali
Terbit: Juni, 2013
Tebal: 223 hlm

Penerbit: Araska

Sinopsis:

Chansaem masih eksotis meski tahu-tahun telah berlalu. Suho berpijak beberapa waktu di desa itu sesuai janjinya pada Michelle. Sebuah janji pertemuan yang telah diikrarkan keduanya sepuluh tahun silam. Namun, teman kecilnya itu tak kunjung datang. Bahkan, setahun kemudian dia melakukan hal yang sama. Dan hasilnya pun sama, Micehelle tidak kunjung datang.

Sementara Han Yoo Bin yang sangat cantik membuatnya perlahan melupakan Michelle. Model cantik itu membuat Suho merasa nyaman. Tapi, sayang hubungan cinta mereka kandas karena kehadiran Seohyun yang ternyata adalah Michelle yang sangat cantik itu. Tak lama setelah putus dari Suho,  Han Yoo Bin kembali kepangkuan mantan pacaranya dulu—Lee Min-ho.

Cerita pun terus berlanjut. Nah, apakah Suho akan mendapatkan kembali cinta pertamanya pada Michelle dulu? Atau berusaha merebut Han Yoo Bin dari tangan Lee Min-ho? Penasaran? Silakan baca novel ini dari A sampai tuntas. 

 

A True Love in Baghdad

Judul: A True Love in Baghdad

Penulis: Mahmud Jauhari Ali

Terbit: Maret, 2013

Tebal: 224 hlm

Penerbit: Pinang Merah Publisher

 

Sinopsis:

          Ain Alsaba harus menanggung kesedihan yang luar biasa di tahun 2003.  Ayah, ibu, dan adiknya dibantai secara keji di rumah mereka sendiri. Pembantaian itu membuat luka di hatinya belum kering benar meski sudah berlalu lama. Terlebih perlakuan pemerintah yang tidak pro pada dirinya dan orang-orang Sunni lainnya.

          Suatu waktu di tahun 2013, dia bertemu seorang pria muda yang sangat ramah, juga sangat tampan. Pria itu adalah seorang ulama Syiah bernama Sa’id Zahabi. Pertemuan demi pertemuan membuatnya jatuh hati pada ulama Syi’ah itu. Tapi, diskusi tentang perbedaan paham antara Sunni dan Syi’ah tak bisa mereka hindari lagi. Meski hatinya telah jatuh ke pangkuan pria itu, dirinya terus bersikukuh dengan Islam yang dipegangnya sejak kecil. Sampai akhirnya Sa’id menolongnya keluar dari tahanan rezim Syi’ah Irak yang benar-benar menyiksa dirinya. Hal tersebut membuat hatinya kian terikat pada Sa’id yang sangat ramah lagi  tampan itu.

        Dengan jalan hikmah, dia berhasil membuat Sa’id berubah menjadi pemeluk Islam Sunni dan akhirnya mereka menikah. Namun, tanpa dia sangka sebelumnya, ternyata Sa’id adalah pembantai keluarganya sepuluh tahun silam. Nah, bagaimanakah kisah seru selanjutnya? Apakah dirinya akan membalas dendam pada Sa’id dengan kejam? Atau, adakah kemungkinan dia bersatu kembali dengan pria yang dicintainya itu? Temukan jawabannya dalam novel ini.    

 

The Sweetest Heart

Judul: The Sweetest Heart (Novel)

Penulis: Mahmud Jauhari Ali

Terbit: Februari, 2013

Tebal: 224 hlm

Penerbit: Araska

 

 

Sinopsis:

Donghae dan Yuri merayakan tahun baru 2013 di tepi Pantai Naksan. Kebersamaan mereka tertangkap banyak mata. Berbagai media memberitakannya secara luas. Perusahaan Manajemen mereka segera mengambil tindakan tegas. Tapi keduanya memutuskan untuk tetap mempertahankan cinta mereka dengan resiko keluar dari perusahan manajemen tersebut. Sementara di pihak lain, Yoona berusaha merebut Donghae dari tangan Yuri dan Eunhyuk mencoba merebut Yuri dari tangan Donghae. 

Hubungan cinta mereka tambah pelik dengan kehadiran HyunA yang bermain dalam film drama yang sama dengan Donghae. Kedekatan Donghae dan HyunA pun sampai direpson Leeteuk yang sedang wajib militer. Dan hubungan cinta mereka kian parah ketika Yuri mendapati Yoona sedang berada di rumah pribadi Donghae. Hingga suatu waktu terjadi penculikan Yuri dari apartemen pribadinya. Donghae segera menuduh Euhnyuk yang menculik Yuri.

Bagaimanakah kisah selanjutnya? Akankah cinta Donghae dan Yuri bertahan hingga mreka menikah? Ataukah Yoona dan Eunhyuk berhasil mendapatkan apa yang mereka inginkan? Dengan membaca novel ini, Anda akan mendapatkan jawabannya. Selamat membaca!  

 

CINTA DI TEPI GAZA

Judul: CINTA DI TEPI GAZA (Novel)

Penulis: Mahmud Jauhari Ali

Tebal: 224 hlm

Terbit: Januari, 2013

Penerbit: Araska, Yogyakarta
ISBN: 978-602-7733-91-6

 

Sinopsis:

Fida Qafishah terlahir sebagai anak  petani di Khuza’a, Khan Yunis, Gaza Selatan. Sejak kecil dirinya telah mengalami hidup sengsara di bawah tekanan Negara Israel. Ingatannya atas penghancuran pohon-pohon zaitun, ladang gandum, peternakan lebah, kebun sayur, dan penghancuran rumahnya yang sangat tidak manusiawi begitu melekat kuat di otaknya. Sejak itulah dia bertekad akan melawan Bangsa Zionis yang benar-benar kejam. Bermodal semangat, kegigihan, kecerdasannya, dan sokongan ibunya, dia berhasil menamatkan pendidikan sekolah menengah atasnya di Gaza City.

Namun di usianya yang ke-19 tahun dia dijebloskan di Penjara Hasharon Israel. Berbagai kazaliman pun dialaminya selama berada di sana. Mulai dari pemeriksaan awal yang mengharuskannya menanggalkan seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya, dimasukkan ke ruangan yang tak layak untuk manusia, hingga perenggutan kehormatannya. Karena hal terakhir itulah, dia hamil dalam penjara. Kepedihan teramat sangat membuatnya hampir mengakhiri hidupnya di sana. Untunglah ada teman seselnya yang selalu memberinya semangat hidup hingga keputusasaannya perlahan hilang. 

Tapi, penderitaannya belumlah berakhir. Menjelang kelahiran anaknya, dia mendapatkan kesulitan saat melewati pos pemeriksaan Israel. Sehingga, anaknya tak bisa diselamatkan nyawanya. Selain itu, pria yang dia dicintai menjauhinya lantaran dirinya sudah tak suci lagi. Meski begitu, dia tetap gigih melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Gaza. Dia juga menggabungkan diri sebagai sukarelawan di Bulan Sabit Merah Palestina. Hingga suatu waktu dia bertemu kembali dengan pria yang merenggut kehormatannya. Tetapi pria itu sudah berubah. Yang terpancar adalah kelembutan, kehangatan, dan pesona keterpelajaran pria itu di dunia kedokteran. 

MY LOVE IS A WHITE HACKER

Judul: MY LOVE IS A WHITE HACKER

Penulis: Mahmud Jauhari Ali

Penerbit: Araska, Yogyakarta
Tebal: VI + 196 halaman
Terbit: November, 2012

Sinopsis :

The Sajik Indoors Gymnasium, Busan, tampak riuh ramai dengan adanya konser SUJU. Tapi tiba-tiba saja keadaan berbalik 180 derajad. Penembakan misterius terjadi di sana. Kangin dan Leeteuk menjadi korban penembakan tersebut. Tak lama setelah itu, Leeteuk dan anggota SUJU mendapatkan berita lain yang tak kalah menyedihkan. Website SUJU diretas begitu saja. Devisi Cyber Crime dari kepolisan Seoul pun turun tangan. Pelacakan demi pelacakan dilakukan mereka. 

Meski demikian, Leeteuk dengan keahliannya di dunia IT-nya yang mumpuni mencoba menemukan pelaku di balik peretasan itu. Awalnya dia mencurigai Kim Hyun Suk yang berstatus doktor di bidang telekomunkasi sebagai pelakunya. Kecurigaannya didasari atas cinta pria itu kepada Yoona SNSD yang bertepuk sebelah tangan lantaran gadis ini  sebenarnya mencintai Leeteuk. Karena hal inilah Pemimpin SUJU tersebut berpikir, doktor telekomunikasi itu melampiaskannya dengan meretas website boy band yang dipimpinnya.

Sementara itu cinta Yoona juga bertepuk sebelah tangan karena Leeteuk masih mencintai Koo Hye Sun yang juga artis papan atas Korea Selatan ini. Seiring perjalanan waktu, peretasan terhadap website SUJU pun terulang hingga tiga kali. Leeteuk mulai curiga bahwa peretasan tersebut hanyalah pengalihan kasus atas peretasan yang lebih besar, yakni  peretasan terhadap instansi-instansi pemerintah. Atas saran Koo Hye Sun, Leeteuk pun menerobos masuk jejaring milik webmaster SUJU dan memperkuat pertahanan di sana tanpa sepengetahuan SM Entertainment. Di sisi lain, seorang polisi wanita yang cantik bernama Yeon Jin, yang sudah lama mengetahui sepak terjang Leeteuk, mengajak Pemimpin SUJU itu bekerja sama menangkap pelaku peretasan bank dan lainnya yang dicurgai pelakunya adalah Kim Hyun Suk dan Kang Min Ji.

Dan, terjadilah perang dahsyat antara Leeteuk bersama Hye Sun dan Yeon Jin melawan Kang Min Ji bersama komplotannya. Leeteuk dengan jejaring-jejaring zombie-nya melakukan serangan distributed denial of service ke komputer master lawan. Perang pun bertambah dahsyat. Nah! Bagaimanakah cerita selanjutnya? Apakah Leeteuk dan kawan-kawannya berhasil membantu negara mereka dari serangan peretas jahat? Lalu bagaimanakah kisah cinta Kim Hyun Suk, Yoona, Leeteuk, Koo Hye Sun, dan Yeon Jin? Dengan membaca novel fanfic ini, Anda bukan hanya akan menemukan jawabannya, tetapi juga akan masuk ke dunia peretasan yang sangat menarik.

Related Post