Catatan Oemar Dachlan

                                                                     
Walikota Kadrie Oening, Bebaskan Samarinda dari Becak Hingga Bersihkan Lokasi Citra Niaga dari Kekumuhan

  Pada hari Selasa 6 Juni lalu, sekitar jam 6:30 pagi telah berpulang ke Rahmatullah dalam usia 66 tahun, H.M. Kadrie Oening. Inna lillahi wa-inna ilaihi roji’un. Berpulangnya di RSU A. Wahab Sjaharanie, sesudah selama beberapa hari dirawat di ruang ICCU.             Bagi warga Kotamadya Samarinda, bahkan Kaltim pada umumnya, tentunya nama Kadrie Oening bukan

Apa dan Siapa : HM Kadrie Oening di luar Kedudukannya Sebagai Walikota

              SEBELUM saya melanjutkan uraian ini, lebih dulu perlu dijelaskan, bahwa H.M Kadrie Oening mengakhiri masa jabatannya yang kedua sebagai walikota Samarinda, bukan dalam tahun 1979, sebagaimana diterangkan dalam tulisan terdahulu, melainkan pada bulan Februari tahun 1980. Dengan demikian, seluruhnya 12 tahun 3 bulan lamanya (sejak November 1967) dia (HM Kadrie Oening) memegang pimpinan

Mendagri Amir Machmud : ” Kalau Kadrie Oening Minta Berhenti akan Saya Jewer Kupingnya”

Penulis  : Oemar Dachlan     (Catatan tercecer sekitar H.M. Kadrie Oening)             Bagi pembaca yang munyak (kalau memang ada) membaca uraian tentang H.M. Kadrie Oening, yang pada 6 Juni 1989 lalu telah memenuhi panggilan Tuhan kembali kehadirat-nya, harap lewatkan saja tulisan ini. Itupun kalau,”Manuntung” masih bersedia menyediakan halamannya untuk membuat apa yang saya katakan

Samarinda di Mata Seorang Pengembara

Penulis :  Oemar Dachlan             Kiranya tidak berlebihan, kalau Kota Samarinda dan Kaltim umumnya mendapat satu kehormatan besar atas pengembara (meski secara sepintas) oleh seorang penulis dalam majalah bulanan INTISARI, majalah Indonesia yang paling luas peredarannya itu. Penulisan pun bukan orang sembarangan. Meski warga negara Indonesia sendiri, ia sudah sering beeeerkelana ke berbagai negara. Antara

Samarinda Sebagai Kota Tepian

Penulis : Oemar Dachlan                 Sejak 21 Januari 1988 lalu, oleh Pemerintah Daerah Tk II Samarinda, Ibukota Provinsi Kalimantan Timur ini“diproklamirkan” sebagai Kota Tepian. Tanggal 21 Januari adalah tanggal – bulan mulai terbentuknya Kotamadya (waktu itu masih disebut sebagai Kota Praja) pada tahun 1960, berdasarkan Undang-Undang No. 27 tahun 1969 yang juga menjadi

Samarinda Bebas Becak & Bemo

Penulis : Oemar Dahlan   Een fietstaxi te Samarinda/becak di Samarinda (1937). sumber foto : digitalcollections.universiteitleiden ORANG –orang dari luar daerah yang mengunjungi Samarinda di Kalimantan Timur, tidak akan menjumpai sebuah juapun becak sebagai alat angkutan umum. Ini tidak berarti bahwa kota yang terletak di pinggir sungai Mahakam ini, sebelumnya tidak pernah mengenal jenis kendaraan

Asal Nama “Pinang Babaris”

DENGAN terjadinya kebakaran yang memusnahkan 2 tempat hiburan dalam komplek Pinang Babaris, jalan Niaga Timur Samarinda baru-baru ini, — timbul lagi pertanyaan dari mana asalnya nama “Pinang Bebaris” tersebut. Pertanyaan ini kiranya tidak akan timbul, kalau misalnya di pinggir jalan tempat berdirinya kompleks kumuh yang bagian (lantai) atasnya antara  lain di “huni” 2 tempat hiburan