Sesepuh Masjid Jogokariyan : Bila Diserang Lagi Kami Lawan, Apalagi yang Diserang Masjid

Senin, 28 Januari 2019 | 10:12 pm | 532 Views |
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
                                                                     
  •  

Masjid Jogokariyan, Yogyakarta, Sabtu, 30 Juli 2011. Pada pada Ahad 27 Januari 2019 komplek Masjid Jogokariyan telah terjadi bentrokan antara para pemuda Masjid Jogokariyan dengan sekelompok orang yang menggunakan atribut Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Dok.TEMPO/Suryo Wibowo

JAKARTA, WWW.SUARAKALTIM.COM – Sesepuh masjid Jogokariyan Yogyakarta Muhammad Jazir ASP mengaku kaget dengan peristiwa kericuhan yang terjadi antara massa yang menggunakan atribut PDI Perjuangan dengan kelompok pemuda Jogokariyan di depan Masjid Jogokariyan Yogya Minggu 27 Januari 2019.

“Padahal sejak pemilu tahun 1999, sudah ada kesepakatan dari Kapolda DIY saat itu, bahwa massa PDIP di larang konvoi di area Jogokariyan, kok sekarang bisa masuk? ” kat Jazir kepada TempoSenin 28 Januari 201

Kericuhan tersebut bermula ketika massa yang mengenakan atribut PDIP melintas di depan masjid Jogokariyan dan merusak spanduk. Massa juga memainkan gas sepedah motor hingga menimbulkan kebisingan. Kemudian, pemuda Masjid Jogokariyan pun keluar dari masjid dan menghadang massa PDIP dan hingga terjadi ketegangan. 

Bentrok baru mereda setelah petugas Babinsa Koramil 09/MJ dan Babinkamtibmas Polsek Mantrijeron turun. Kemudian dilakukan mediasi dilakukan di Pendopo Kecamatan Mantrijeron yang dihadiri Camat Mantrijeron, Kapolsek Mantrijeron, Danramil 09/MJ, Bawaslu, Panwas Kecamatan Mantrijeron, Takmir Masjid Jogokaryan.

Jazir menuturkan, pada pemilu 1999 silam, kampung Jogokariyan di Kecamatan Mantrijeron dan sekitarnya sampai kampung Karangkajen di sisi selatan Yogya, memang menjadi basis kuat pendukung Partai Persatuan Pembangunan alias PPP. Di kampung-kampung ini juga banyak terlahir berbagai organisasi masyarakat yang berafiliasi politik dengan partai berlambang kabah tersebut.

Simpatisan PDIP dan PPP sendiri selama ini di Yogya tak pernah akur dan kerap terlibat ricuh, terlebih saat masa masa kampanye pemilu. Zona massa PDIP dan PPP pun dibagi berdasarkan warna dominan partai itu, yakni zona merah dan zona hijau. “Nah, ini kok mereka (massa konvoi PDIP) bisa masuk zona hijau, apa sudah ada perubahan kebijakan?”

Jazir menuturkan, sebelum kejadian ricuh Minggu 27 Januari 2019 itu warga Jogokariyan tenang-tenang saja menggelar acara pemilihan takmir yang diikuti pembagian sembako untuk dhuafa. Mereka meyakini massa konvoi PDIP yang sejak siang sudah berseliweran di jalanan untuk mengadiri acara Deklarasi Jogja Dukung Jokowi-Maruf di Stadion Mandala Krida tak bakal melintas Jogokariyan.

Terlebih saat acara pemilihan takmir masjid, ujar Jazir, hadir pula Kapolresta Yogya untuk ikut menggunakan hak suaranya. Kericuhan terjadi saat acara sudah memasuki sesi penutup yakni saat pembagian sembako.

“Biasanya juga kalau ada konvoi massa merah, polisi pasti akan menempatkan personil di ujung-ujung jalan masuk Jogokariyan, tapi kemarin katanya enggak ada yang berjaga,” ujarnya.

Jazir menuturkan pihaknya selaku pihak yang diserang tak akan melaporkan kejadian itu. Kejadian di depan masjid Jogokariyan telah diselesaikan dengan mediasi yang melibatkan musyawarah pimpinan kecamatan setempat dan polisi. “Tapi kalau diserang lagi, ya, kami lawan! Apalagi yang diserang masjid, karena ini bukan soal politik, tapi soal premanisme,“ ujar dia.

sumber tempo.co

Related Post