Paslon Nomor 2 Lagi-Lagi Difitnah, Bagi-Bagi Baju Batik

Minggu, 24 Juni 2018 | 2:08 am | 735 Views |
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
                                                                     

TENGGARONG, SUARAKALTIM.com Lagi-lagi pasangan calon (paslon) nomor 2,  Syaharie Jaang- Awang Ferdian Hidayat “diserang”. Sebelumnya sempat difitnah. Tujuannya untuk menjatuhkan kredibilitas paslon ini agar masyarakat tidak memilih. Kali ini loaksi fitnahnya di wilayah Kukar.namun mayoritas warga Kukar membela Jaang-Ferdi, yang mereka anggap merupakan figur asli daerah terbaik Kaltim.  warga Kukar mengutuk pihak yang memfitnah.

Paslon yang dikenal santun ini  dituduh telah melakukan kecurangan. Foto bergambar baju batik ada cap gambar Syaharie Jaang-Awang Ferdian Hidayat disebar ke grup-grup komunitas di media sosial oleh tim sukses  paslon lain lalu dikomentari dan memancing lain untuk mengomentari. Seakan itu bukti bahwa, membagikan baju batik ke masyarakat merupakan kesalahan. Kejadian disebutkan di wilayah Kukar. Tanggal 23 Juni jam 12.50 Wita atau masih dalam waktu masa kampanye.

H Syaharie Jaang dan H Awang Ferdian Hidayat. foto istimewa/facebook

 

Komentar satu di antaranya yang “tidak simpatik” dari Nursobah, Ketua PKS Samarinda.

Apa peran Anda dlm Pilgub demokratis tapi ada bagi-bagi batik di Loa Du*i
#petugaspadaLetoy

 

sumber foto facebook

 

Belum diperoleh informasi tindakan yang akan ditempuh tim Syaharie Jaang-Awang Ferdian.  Baik Syaharie Jaang maupun Awang Ferdian  sendiri belum memberikan jawaban.

Menurut salah satu anggota tim sukses paslon nomor 2 ini masih sibuk melakukan kampanye.

Beberapa warga Kukar menyayangkan adanya paslon lain, yang menuduh secara berlebihan.

‘’Kami kasihan dengan pak Syaharie Jaang dan Pak Awang Ferdian Hidayat. Lagi-lagi difitnah oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Walaupun Pak Syaharie Jaang bukan berasal dari partai berazas Islam, namun kami menghargai keduanya yang memiliki adab sopan santun, tidak arogan.  Ada pihak-pihak yang sangat berambisi menginginkan kekuasaan, sehingga mencari-cari kesalahan orang lain,’’ kata Aji Ali, warga Tenggarong.

A. Zakaria menyayangkan, kenapa baju batik untuk masyarakat Kukar itu dirampas. Lalu  relawan yang secara sukarela membagikan diancam. ‘’Ini perilaku yang tidak baik, yang tidak sesuai dengan ajaran agama kami, yaitu Islam. Kami menyayangkan itu.  Itu baju batik seharusnya dibagi untuk masyarakat Kukar,’’ Zakaria menyayangkan.

Menurut Ali apa bedanya baju kaos paslon dengan baju batik, dibagikan kepada masyarakat di masa kampanye?  Malah baju batik lebih bisa dimanfaatkan untuk acara-acara lain.

‘’Ini lagi masa kampanye. Menurut kami, yang masyarakat biasa ini, bagi baju atau topi dan yang termasuk peralatan kampanye dibolehkan di masa kampanye tidak dilarang.  Biasa kan seperti itu. Bila dilarang, kenapa paslon yang melarang itu juga bagi-bagi baju kaos. Apa bedanya? Kecuali di masa tenang hingga sebelum hari pencoblosan, memberi uang atau berupa barang untuk mempengaruhi pemilih baru tidak boleh,’’ kata Ali.

Ali memperkirakan, ini dilakukan kubu paslon lain, yang panik setelah debat tingkat ektabilitas paslonnya yang bersangkutan menurun. Apalagi pasangan nomor 2, di Kukar dan sekitarnya teratas tingkat ektabilitasnya.

Sementara itu ketua relawan  paslon nomor 2 Kukar  AM Hidayat meminta maaf kepada masyarakat Kukar atas pihak-pihak yang memfitnah paslon nomor 2.  ”Bila kami tanya pun kepada pak Syaharie dan pak Awang Ferdian Hidayat, paling dijawab biar lah mereka yang memfitnah. Mendapatkan jabatan dengan cara-cara yang tidak santun, menjelekkan orang nantinya akan mendapatkan karma atau balasan dari Allah SWT,” ujar Hidayat.

Menurut Hidayat, masyarakat Kaltim,  termasuk kukar, harus cerdas memilih calon pemimpin. Lihat cagubnya,  apakah santun, tidak arogan, menghormati siapapun, dan sikap-sikap baik lainnya.  Selain itu lihat pula rekam jejaknya selama ini.

Terus terang, menurut Hidayat bukan hanya dirinya saja, masyarakat Kaltim termasuk masyarakat Kukar tidak suka dengan figur yang haus kekuasaan. Seperti  tiba-tiba menyingkirkan saingan dari jabatan ketua di sebuah partai misalnya, demi ambisi pribadi.  

”Masyarakat yang cerdas, tentu memilih figur yang benar-benar berkualitas. Bukan figur yang hanya mencari sensasi dan menggunakan segala cara untuk mendapatkan jabatan,” imbuh Hidayat. 

Sk-007/foto-foto dari facebook.

Related Post