[On This Day] 15 Februari 1948, Pembantaian Penduduk Sa’sa’ Palestina Oleh Kelompok Zionis Radikal

Minggu, 17 Februari 2019 | 6:21 am | 270 Views |
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
                                                                     

 

www.suarakaltim.com– Ketika membahas penjajahan Palestina oleh Israel, tentu kita tidak boleh mengabaikan perang Arab-Israel pada tahun 1948. Perang yang terjadi sehari selepas diploklamirkannya negara bernama Israel (14 Mei 1948) tersebut pada akhirnya dimenangkan oleh Israel. Bahkan semakin menegaskan eksistensi Israel dengan keberhasilan menguasai kurang lebih 70% dari luas total wilayah mandat Britania Raya atas Palestina.

Namun tahukah anda? Jika organisasi Zionis sebagai founder negara Israel sudah mulai menindas rakyat Palestina jauh sebelum Israel terbentuk. Salah satunya terhadap penduduk Sa’sa’, sebuah desa yang kini hanya bisa kita jumpai dalam kenangan. Karena sejak tahun 1949, Sa’sa’ telah resmi dianeksasi oleh Israel, kini wilayah tersebut bernama Sasa.

Para arkeolog berpendapat bahwa Sa’sa’ telah eksis sejak bronze age atau milenium kedua sebelum masehi. Salah satu rumah di Sa’sa’ ditemukan memiliki fondasi yang telah ada sejak abad keempat belas. Dan pada tahun 2003, pada sebuah penggalian ditemukan keramik yang diperkirakan berasal dari peradaban abad keempat belas hingga kelima belas.

Pada 1596, Sa’sa’ dikategorikan sebagai sebuah desa oleh kekhilafahan Turki Utsmani. Diperkirakan populasinya pada saat itu 457 jiwa. Berdasar catatan pajak kekhilafahan, seratus persen penduduk Sa’sa’ adalah muslim. Lalu pada tahun 1875, arkeolog Prancis Victor Guerin menemukan Sa’sa’ sebagai desa muslim dengan populasi 350 penduduk. Pada tahun 1881, Palestine Exploration Fund, sebuah organisasi yang diklaim sebagai organisasi tertua di dunia khususnya yang memfokuskan diri pada studi mengenai negeri Syam, menggambarkan Sa’sa’ sebagai sebuah desa dengan populasi 300 orang, terletak di atas bukit kecil yang dikelilingi oleh kebun-kebun anggur, pohon zaitun, dan pohon ara.

Empat tahun menjelang keruntuhannya, kekhilafahan Turki Utsmani telah kehilangan kekuasaan atas tanah Palestina setelah menguasainya sejak abad ke 16. Maka Liga Bangsa Bangsa pun memberikan mandat kepada Britania Raya mengatur administrasi wilayah tersebut.

Memang setiap kali pemerintah Britania Raya menyelenggarakan sensus kependudukan, terdapat kecenderungan bahwa populasi pemeluk Kristen dan Yahudi meningkat. Namun tidak dengan Sa’sa’, Sa’sa’ benar-benar istimewa. Dalam sensus pertama tahun 1922, populasi penduduk 634 dan semua muslim, meningkat dalam sensus 1931 menjadi 840, dan pada sensus 1945 meningkat menjadi 1.130, masih seratus persen muslim.

Pada saat itu, Sa’sa’ diketahui memiliki pasar kecil di pusat desa dengan beberapa toko, masjid, dan dua sekolah dasar, satu untuk laki-laki dan satu untuk perempuan. Dalam statistik sensus 1945, ditemukan bahwa luas lahan Sa’sa’ adalah 14.796 dunam, dunam adalah satuan untuk mengukur luas tanah milik Turki Utsmani, 1 dunam setara dengan seribu meter persegi. Dari lahan tersebut, hanya 48 dunum yang dibangun untuk area penduduk, sisanya digunakan untuk ladang gandum dan kebun buah.

Namun, keruntuhan Khilafah Turki Ustmani ternyata juga berarti keruntuhan bagi kehidupan muslim Sa’sa’ yang cinta damai. Pada pertengahan Februari 1948, Palmach, pasukan tempur elit Haganah,  Haganah adalah angkatan bersenjata milik Yishuv (gerakan Zionis bawah tanah), yang merupakan cikal bakal angkatan bersenjata Israel menyerang Sa’sa’.

Pada 15 Februari 1948,  Yigal Allon, komandan Palmach di utara, memerintahkan serangan terhadap Sa’sa’, dia memberikan perintah kepada wakil komandan batalion ketiga, Moshe Kelman yang bunyinya, “Anda harus meledakkan dua puluh rumah dan membunuh prajurit sebanyak mungkin.” Namun menurut sejarawan Israel Illan Pappe, maksud dari prajurit pada saat itu adalah penduduk desa.

Unit Palmach memasuki desa pada malam hari dan tanpa perlawanan. Mereka menanam bahan peledak di beberapa rumah. Dilaporkan pada saat itu bahwa sepuluh atau lebih rumah hancur total atau sebagian, dan 11 penduduk terbunuh lima di antaranya anak-anak kecil. Sedangkan menurut laporan ilmuwan politik Israel Benvenisti, serangan terjadi pada 14 Februari, menewaskan 60 orang dan menghancurkan 16 rumah.

Lalu serangan kedua terjadi pada Oktober 1948, di mana pasukan Haganah menduduki Sa’sa’ secara paksa. Penduduk yang belum sempat melarikan diri diusir. Terdapat banyak dugaan bahwa terjadi kejahatan perang, beberapa penyelidikan menemukan adanya bukti bahwa beberapa penduduk dibunuh pada saat pendudukan. Namun, arsip-arsip yang relevan masih tertutup untuk sejarawan hingga hari ini.

Kini, kehidupan cinta damai muslim Sa’sa’ hanya tinggal cerita, menjadi abadi dalam kenangan, yang tersisa hanyalah puing reruntuhan, pepohonan, serta masjid yang dikonversi menjadi museum oleh Israel.

Sejarawan Palestina, Walid Khalidi menggambarkan sisa-sisa Sa’sa’: “Beberapa pohon zaitun tua tetap ada, sejumlah dinding dan rumah masih berdiri. Beberapa rumah saat ini digunakan oleh kibbutz; salah satunya memiliki pintu masuk melengkung dan jendela melengkung. Sebagian besar tanah di sekitarnya berhutan, sisanya dibudidayakan oleh petani Israel.” Foto Desa Sa’sa’ Palestina./ [kiblat.ne]/

 

Related Post