Menakar Sukses Haji 2018 (2-Habis)

Sabtu, 20 Juli 2019 | 8:45 am | 270 Views |
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
                                                                     
 

Jamaah bertawaf mengelilingi kakbah di Masjidil Haram, Makkah (Salman Mardira/Okezone)

 

 
 
SUARAKALTIM.COM-PEMERINTAH terus memaksimalkan pelayanan penyelenggaraan haji dari tahun ke tahun. Berbagai masalah sudah diatasi dengan baik, termasuk hal-hal teknis yang sebelumnya dikeluhkan jamaah. Salah satu di antaranya masalah katering.

Bila pada 2017, Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher Parasong melihat ada tiga persoalan utama ibadah haji yang harus segera diatasi, yakni masalah katering, pemondokan, transportasi. Kini pada 2018, tiga hal tersebut mulai diperbaiki Kementerian Agama.

Salah satu yang paling nyata adalah pengadaan katering jamaah. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini, seluruh makanan yang disajikan bercita rasa Nusantara dan bahkan juru masaknya menghadirkan para koki asli Indonesia.

Menurut Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, soal makanan adalah hal krusial, karena jika jamaah tidak bernafsu makan bisa saja mempengaruhi kesehatannya karena kurang asupan nutrisi yang berkecukupan.

“Karena itu tahun ini dihadirkan makanan bercita rasa Nusantara, dan ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah,” kata Lukman.

Menag Lukman Hakim mengecek katering jamaah haji (Amril/Okezone)

Boleh dikatakan, tahun ini pengadaan katering berhasil. Hasil penelusuran Okezone di sejumlah hotel, jarang makanan jamaah yang tersisa. Mereka pun mengaku puas dengan makanan yang disajikan.

“Cocok makanannya. Ada tempe, sambal, sayur, dan ikan yang biasa saya makan di kampung,” ujar Jajang, jamaah asal Soreang Bandung.

Bukan hanya makanan, Jajang mengaku pelayanan hotel di Madinah bagus, terlebih jarak antara hotel ke Masjid Nabawi sangat dekat. “Ya, kelihatan dari sini (Masjid Nabawi). Jalan cuma 5 menit,” tuturnya.

Hal lain yang menjadi trobosan baru di musim haji 2018 adalah sistem fast track atau jalur cepat yang dirasakan langsung oleh jamaah karena tidak perlu lagi antre berjam-jam saat proses imigrasi, baik di Bandara Jeddah maupun Madinah, karena sejak di Tanah Air, jamaah sudah dipindai sidik jari dan foto wajah seperti jamaah-jamaah di embarkasi lain.

Bedanya, jamaah dari kedua embarkasi tersebut mendapatkan predeparture clearance alias telah diloloskan pihak Imigrasi Arab Saudi di lokasi pemberangkatan. Setiba di bandara Saudi, jamaah tinggal melewati pemeriksaan bea dan cukai untuk diperiksa isi tas koper tenteng mereka untuk kemudian langsung menuju bus.

Fahri Hamzah (Amril/Okezone)

Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengapresiasi terobosan bagus pemerintah di tahun haji ini. Menurut Fahri, fast track ini jauh lebih aman dan cepat yang bisa dirasakan langsung oleh jamaah.

“Harus diakui, ini adalah hasil kerja keras kita. Ini merupakan peningkatan yang kita capai melalui jalur diplomasi antara Pemerintah Arab Saudi dan Indonesia,” ujar Fahri.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pun terkesan terobosan yang dilakukan anak buahnya ini. “Jalur fast track ini memang sangat cepat,” jelasnya.

Sayangnya, jalur cepat ini masih uji coba dan baru dirasakan jamaah dari Embarkasi Jakarta-Bekasi dan Jakarta-Pondok Gede. Tahun depan, kata Menag, diharapkan sudah bisa berlaku untuk seluruh embarkasi di Indonesia.

Jamaah Meninggal Menurun

Kasus terbanyak yang dialami oleh jamaah haji selama ini adalah kelelahan, batuk dan pilek, nyeri lambung, lemas, kaki bengkak dan nyeri. Jamaah terserang penyakit tahun ini juga meningkat karena terlalu banyak beraktivitas, terutama di luar ruangan karena udara panas.

Jamaah haji (Amril/Okezone)

Merujuk dari data itu, jumlah jamaah haji Indonesia yang wafat di Tanah Suci musim haji tahun ini sudah melampaui jumlah pada 2016. Meski begitu, secara prosentase jamaah, jumlah proporsional kematian masih lebih sedikit, dibandingkan pada 2017 berjumlah 657 orang. Amril Amarullah

Baca lainnya :

Related Post