Benarkah “Ternyata virus corona dapat diobati dengan cara berendam di AIR LAUT”?

Kamis, 2 April 2020 | 6:22 am | 101 Views |
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
                                                                     

Suara Kaltim Online – Tidak bisa disembuhkan hanya dengan berendam di laut. Pasalnya, virus Corona tidak menyerang permukaan tubuh seperti kulit, melainkan menyerang sel-sel di dalam tubuh setelah virus tersebut masuk ke mata, mulut, atau hidung lewat tetesan atau droplet orang yang mengidap COVID-19.

Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI
Kategori : Konten yang Menyesatkan

Beredar pesan di aplikasi percakapan Whatsapp yang berisi testimoni dari seseorang yang mengklaim berhasil sembuh dari COVID-19 setelah berendam air laut.

Berikut kutipan pesan tersebut :

“Ternyata virus corona dapat diobati dengan cara berendam di “AIR LAUT”….!!
saya merasa saya kuat saya bisa.tdk ada satupun tempat yg mau menerima saya
dan pada ahirnya saya pergi ke tepi laut.setiap siang saya berendam dan berjemur ditepi laut selama seminggu berturut turut dengan wktu dua jam perhari
Alhamdulillah batuk saya hilang nafas saya seperti biasa nya.
kepala saya pun kembali enteng suhu tubuh saya normal.
Saya cekup ke RS Rawat inap pasien covid 19.
Alhamdlllh saya ternyata saya dinyatakan negatif cofid 19.
padahal sblmya saya dinyatakan positif covid 19.”

Selengkapnya di bagian PENJELASAN

PENJELASAN

Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, klaim berendam di laut bisa menyembuhkan COVID-19 adalah klaim yang salah.

Tim CekFakta Tempo menghubungi dokter spesialis paru konsultan Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta, Erlina Burhan, pada Rabu sore, 1 April 2020. Dia menuturkan bahwa klaim “berendam di laut bisa mengobati infeksi virus Corona Covid-19” tidak benar.

Menurut Erlina, mustahil Covid-19 bisa disembuhkan hanya dengan berendam di laut. Pasalnya, virus Corona tidak menyerang permukaan tubuh seperti kulit, melainkan menyerang sel-sel di dalam tubuh setelah virus tersebut masuk ke mata, mulut, atau hidung lewat tetesan atau droplet orang yang mengidap Covid-19.

Virus yang berada dalam tetesan itu kemudian bergerak ke bagian belakang hidung dan selaput lendir di belakang tenggorokan, lalu menempel pada reseptor tertentu dalam sel. Paku-paku dalam virus itu kemudian mengait ke membran sel sehingga memungkinkan materi genetik virus memasuki sel manusia.

“Materi genetik virus itu melanjutkan membajak metabolisme sel manusia, melipatgandakan dan membuat virus baru,” kata William Schaffner, spesialis penyakit menular Vanderbilt University Medical Center di Nashville, Amerika Serikat, seperti dikutip dari The New York Times.

Wakil Kepala Bidang Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekular (LBM) Eijkman Institute, Herawati Sudoyo, juga memaparkan hal serupa. “Saya kira tidak ada landasan ilmiah bahwa kadar garam tertentu yang bersentuhan dengan kulit itu ‘mematikan virus’,” ujar Hera saat dihubungi pada 1 April 2020.

Menurut Hera, penyakit yang disebabkan oleh virus, termasuk Covid-19, hanya bisa disembuhkan dengan kombinasi obat-obatan, termasuk antivirus, yang berfungsi untuk memutus atau menghambat replikasi virus dalam sel tubuh manusia. “Saat ini, ada beberapa studi multicenter untuk mencari obat yang efektif,” katanya.

Berendam di laut pun tidak tercantum dalam rekomendasi pencegahan Covid-19 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menurut WHO, cara yang paling efektif untuk melindungi diri dari Covid-19 adalah rajin membersihkan tangan dengan sabun dan air atau pembersih berbasis alkohol, menjaga jarak setidaknya 1 meter dari orang yang batuk atau bersin, tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut, menutup mulut saat batuk dengan siku yang terlipat atau tisu, serta mengisolasi diri jika merasa tidak sehat.

Adapun mengenai vaksin atau obat untuk Covid-19, sejauh ini, WHO belum menyatakan adanya vaksin atau obat yang bisa digunakan untuk mencegah atau mengobati Covid-19. Mereka yang terinfeksi hanya perlu mendapatkan perawatan untuk meredakan gejala. Sementara mereka yang memiliki gejala lebih serius harus dibawa ke rumah sakit.

Berisiko terpapar penyakit lain
Sebuah penelitian yang digelar baru-baru ini menunjukkan bahwa mandi di laut bisa meningkatkan risiko terpapar penyakit. Meskipun, di satu sisi, mandi di laut bisa meningkatkan kebugaran, kesejahteraan, dan mempererat hubungan manusia dengan alam.

Dikutip dari artikel di Republika.co.id pada 19 Maret 2018, penelitian oleh University of Exeter Medical School bersama Pusat Ekologi dan Hidrologi AS itu menemukan bahwa mandi air laut bisa meningkatkan risiko terkena penyakit hingga dua kali lipat, seperti penyakit telinga secara umum dan penyakit telinga secara khusus hingga 77 persen. Adapun risiko penyakit gastrointestinal dapat meningkat 29 persen.

“Di negara-negara kaya seperti Inggris, ada persepsi bahwa, jika ingin jarang sakit, habiskan banyak waktu di laut. Namun, makalah kami menunjukkan sebaliknya, bahwa menghabiskan banyak waktu di laut meningkatkan kemungkinan berkembangnya banyak penyakit, seperti penyakit telinga dan penyakit yang melibatkan sistem pencernaan, yakni sakit perut dan diare. Kami menduga, hal ini mengindikasikan bahwa polutan mencemari laut beberapa negara terkaya di dunia,” ujar peneliti University of Exeter Medical School, Anne Leonard.

Saat ini, air laut telah tercemar berbagai macam polutan, termasuk limbah industri, limbah rumah tangga, dan limbah pertanian. Adapun penelitian tersebut dilakukan terhadap 120 ribu responden. Studi ini mengamati hubungan antara kebiasaan mandi laut dan kejadian penyakit di negara-negara seperti AS, Inggris, Australia, Selandia Baru, Denmark, dan Norwegia.

Isi lengkap klaim tersebut :

“Tolong di share demi kesembuhan kita bersama.. bicara dari hati kehati..
Ternyata virus corona dapat diobati dengan cara berendam di “AIR LAUT”….!!
Berendam diwaktu siang hari diantara jam 10 sampai dengan jam 1 siang minimal 1 jam .
Saya telah mencoba nya awal nya saya ragu.
Tapi allhamdullah semua ada jalan nya.
Dan terbukti hasil nya..
saya diasingkan dari keluaraga..dan isolasi.
semua mencari saya untk di evakuasi.
saya merasa saya kuat saya bisa.tdk ada satupun tempat yg mau menerima saya
dan pada ahirnya saya pergi ke tepi laut.setiap siang saya berendam dan berjemur ditepi laut selama seminggu berturut turut dengan wktu dua jam perhari
Alhamdulillah batuk saya hilang nafas saya seperti biasa nya.
kepala saya pun kembali enteng suhu tubuh saya normal.
Saya cekup ke RS Rawat inap pasien covid 19.
Alhamdlllh saya ternyata saya dinyatakan negatif cofid 19.
padahal sblmya saya dinyatakan positif covid 19.
Para dokter menanyakan kepada saya,..
apa yang km lakukan untk membunuh covid 19.
obat apa yang saya minum…??
saya hanya mengatakan bahwasanya saya hanya berendam di air laut selama dua jam perhari.
dari jam 11 siang sampai jam 1.
seluruh dokter tak ada yg pecaya…
Wallahu a’lam.hanya Allah yg maha tau .hanya Allah yg bisa menyembuhkan…
Semua kepadanya.apa salah nya bila dicoba.
Demi kesembuhan umat ku bersama.
NB : Share bila anda perduli.
1 x anda membagikan tanpa disadari anda telah menolong 1000 nyawa.
Ini bukan hoax.ini fakta ada nya

REFERENSI
https://cekfakta.tempo.co/fakta/713/fakta-atau-hoaks-benarkah-berendam-di-laut-bisa-obati-infeksi-virus-corona-covid-19
https://www.nytimes.com/article/coronavirus-body-symptoms.html
https://www.who.int/news-room/q-a-detail/q-a-coronaviruses
https://republika.co.id/berita/p5tmwm284/peneliti-mandi-air-laut-berisiko-terpapar-banyak-penyakit

Adi Syafitrah/tumbackhoax 
Pemeriksa Fakta Mafindo

Related Post