(1) Kisah Romantis Aminah Qutb dan Kamal As-Sananiri

Jumat, 6 April 2018 | 7:54 pm | 494 Views |
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
                                                                     

SUARAKALTIM.com – Ketika nama Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwalid disebut, apa yang terbesit di pikiran Anda? Kita tidak pernah bisa membayangkan bagaimana pengorbanan istri tercinta Rasul ini dalam membela dakwah Nabi. Bagaimana tekadnya berulang kali mendaki gunung Hira mengantarkan makanan kepada sang pujaan hati. Bagaimana menenangkan Rasulullah setelah didatangi malaikat Jibril pertama kali.

Maka, kedudukan Khadijah di hati Rasulullah digambarkan dalam sabdanya,

“Wallahi… demi Allah, tidak pernah Allah menggantikan kepadaku istri yang lebih baik daripada Khadijah. Dialah wanita yang pertama beriman kepadaku di saat orang-orang masih kafir; dialah yang membenarkan aku di saat orang-orang mendustakan aku; dialah yang memberikan semua hartanya kepadaku; dan darinya aku memperoleh keturunan.”

Betapa Khadijah sangat dicintai Nabi hingga beliau masih mengingatnya walau telah lama wafat. Sampai-sampai membuat Ummul Mukminin Aisyah cemburu. Masya Allah…

Mungkin belum bisa dibandingkan dengan istri tercinta Rasul, Khadijah. Namun, kisah muslimah Mesir ini begitu menginspirasi tentang  bagaimana kecintaan terhadap pasangan atas dasar keimanan dan ketaqwaan pada-Nya. Kecintaan itu dibuktikan dengan kesabaran dan ketabahan yang mengagumkan. Kerinduannya akan hidup bersama di Jannah-Nya menjadi cita-cita bersama hingga tabah dan sabar dalam jalan perjuangan-Nya. Inilah kisah cinta Aminah Qutb.

Kisah Itu Bermula

Melihat namanya saja tentu kita sudah bisa menduga siapa sosok wanita ini. Ya, ia adalah adik dari Sayyid Qutb. Aminah Qutb adalah anak ketiga dari Haji Qutb Ibrahim, seorang lelaki yang kuat berpegang dengan agama dan mempunyai kedudukan yang dihormati masyarakat. Anak pertamanya adalah Sayiyd Qutb (1906- 1967), kedua Muhammad Qutb (1919-2014), ketiga Aminah Qutb (1927-2007) dan yang terakhir adalah Hamidah Qutb (1937-2012).

Putri ketiga Haji Qutb Ibrahim ini lahir di Musha, Provinsi Assiut, Mesir pada tahun 1927. Terlahir di lingkungan keluarga yang sederhana dan penuh dengan sentuhan keilmuan. Tak heran jika Aminah kelak menjadi penulis yang berbakat, unik dan berkarakter.

Secara pemikiran Aminah terpengaruh dengan kakak-kakaknya, Sayyid Qutb dan Muhammad Qutb. Diasuh oleh seorang ibu yang memiliki keutamaan dalam akhlak dan agama, Fatimah Husain Utsman. Setelah sang ayah meninggal dunia, Fatimah membawa semua anggota keluarganya pindah ke ibukota Mesir, Kairo.

Kisah cinta Aminah yang mengharukan dimulai saat Kamal As-Sananiri masuk ke dalam kehidupannya. Kamal adalah murid dari syaikh Hasan Al-Banna rahimahullah dan menjadi anggota IM pada tahun 1941. Jalan dakwahnya terinspirasi dari gurunya bahwa jalan dakwah yang akan dilaluinya sarat dengan marabahaya, dipenuhi duri dan mungkin saja membahayakan keselamatan jiwanya. Seperti itulah jalan menuju Jannah, dikelilingi sesuatu yang dibenci.

 

Kamal dikenal sebagai seorang yang zuhud dan wara’. Teguh di dalam keimanan dan perjuangan. Hingga apa yang ia pegang teguh itu mengantarkan dia ke dalam penjara tirani. Tepatnya pada tahun 1954, Kamal termasuk dari 160 ribu anggota IM yang dimasukkan ke penjara militer oleh rezim militer Nasir.

Pinangan Itu Datang

Seperti yang telah dijelaskan, Kamal dijebloskan ke penjara dengan alasan yang tidak masuk akal. Dia pun menjalani pengadilan demi pengadilan lelucon yang sudah bisa ditebak bagaimana hasilnya. Awalnya ia mendapatkan vonis mati dari hakim. Namun, setelah menjalani sidang selanjutnya, hukumannya dikurangi menjadi kurungan selama 25 tahun.

Di penjara, siksaan menjadi makanan sehari-hari Kamal. Selama masih menjalani persidangan saja, Kamal selalu diberlakukan tidak manusiawi. Badannya menjadi kurus, rahangnya patah sehingga mempengaruhi nada bicaranya. Bahkan ketika persidangan pada putusan terakhir kondisi Kamal membuat ibunya pangling. Ibu Kamal sampai bertanya apakah yang duduk di kursi terdakwa itu putranya atau bukan.

Setelah putusan 25 tahun penjara dijatuhkan, Kamal kembali menjalani hidup di penjara. Selama di penjara, ia hanya memakai baju yang ia punyai sendiri. Kamal tidak pernah mau menerima baju yang diberikan pihak penjara. Tak hanya sekadar baju, ia juga tidak mau menerima apapun yang diberikan oleh negara.

Setelah lima tahun mendekam di penjara, Kamal jatuh sakit karena siksaan kejam ia alami setiap hari. Ia dilarikan ke rumah sakit Tura dan bertemu dengan seseorang yang istimewa. Kamal bertemu dengan Sayyid Qutb rahimahullah. Dalam kesempatan itulah, Kamal mengkhitbah Aminah Qutb lewat kakaknya, Sayyid Qutb. Sayyid pun menerima pinangan itu walau posisi Kamal masih menjalani hukuman penjara.

Aminah Qutb berangkat ke Qana dari Kairo dan bertemu Kamal, saat itu juga akad nikah diselenggarakan. Akad nikah sederhana mempertemukan dua hati yang saling terpaut karena-Nya. Maka saat itu juga dua insan ini resmi menjadi suami istri. Menurut salah satu sumber, pernikahan itu dilangsungkan 5 tahun setelah penangkapan.

Sisi perjuangan Aminah terlihat ketika ia sering naik kereta api mengunjungi Kamal dari Kairo ke Qana. Rasa cinta mereka yang membuncah tersekat oleh dinding penjara. Lewat pertemuan yang singkat ini, mereka saling bertukar pikiran dan mengobati rasa rindu. Aminah sering memberikan suaminya kata-kata yang indah lewat lembaran yang ia tinggalkan untuk meneguhkan suami tercinta.

 

Masa penantian kebebasan yang begitu lama membuat Kamal merasa iba. Ia mulai merasakan Aminah mulai lelah secara fisik dan emosi.  Kamal tidak mau menjadi beban hidup bagi istrinya. Maka, ketika mereka bertemu dalam sebuah kunjungan ia mengutarakan pada istrinya untuk berpisah.

“Saya tidak penah menghalangi jalanmu menuju kebahagiaan..Tetapi saya juga tidak akan pernah menyerah pada penindasan dengan izin Allah, bahkan jika mereka merobekku menjadi potongan-potongan sekalipun,” ujar Kamal kepada istrinya tercinta.

Aminah adalah seorang wanita cerdas. Ia tahu maksud dari perkataan suaminya. Putri Haji Qutb ini juga tahu mengapa suaminya yang begitu ia cintai mengatakan hal seperti itu. Bukanlah atas dasar pudarnya rasa cinta, tetapi justru karena ingin dirinya bahagia menurut pemahaman pribadi sang suami.

Mendengar kata-kata yang menusuk hati itu membuat Aminah terdiam dan tidak menjawab seketika itu juga. Adik Sayyid Qutb ini menjawab dengan sebuah surat dan puisi indah yang berisi ketetapan hatinya di jalan jihad dan pengorbanan. Dalam suratnya Aminah mengatakan,

“Izinkan diriku bersamamu di jalanmu…Jalan jihad dan Jannah, keteguhan, pengorbanan dan komitmen  pada keimanan bahwa kami mendedikasikan diri tanpa ada rasa ragu-ragu dan penyesalan,”tulis Aminah Qutb. Masya Allah…

Sungguh jawaban keteguhan yang indah dari seorang Aminah Qutb. Cintanya kepada Kamal bukanlah atas dasar rupa, harta atau tahta, tetapi berdasar cinta pada-Nya dan berharap selalu berdua hingga ke Jannah.

Hari Bahagia itu Tiba

Setelah masa penantian yang berat, Kamal pun akhirnya bebas dari penjara. Ia pun segera menemui istrinya tercinta yang telah rela menunggunya hingga 19 tahun. Mereka berdua hidup dalam kasih sayang dan cinta sejati. Saat itulah menjadi saat-saat terindah bagi hidup Aminah Qutb.

Kehidupan mereka berdua tidak pernah lepas dari dunia dakwah dan jihad. Kamal yang telah berkepala lima tetap berangkat berjihad ke Afghanistan. Kamal mempersembahkan segala kemampuan dan potensinya. Melakukan apa yang dapat dilakukan untuk membantu dan mendukung perjuangan mujahidin serta memperbaiki perselisihan yang terjadi. Para mujahid dekat kepadanya dan menganggapnya sebagai guru. Sehingga mereka nyaris tidak pernah menentang instruksi arahan yang Kamal sampaikan kepada mereka.

Selain ke Afghanistan, Kamal juga melakukan safari dakwah di berbagai negara Islam. Beberapa orang terkesan dengan kesantunan dan kehebatannya dalam berdakwah. Aminah paham bahwa suaminya adalah seorang yang penting bagi umat, maka ia tidak pernah menghalanginya untuk berdakwah dan berjihad kemanapun juga.

 

Baca selanjutnya  Kisah Romantis Aminah Qutb dan Kamal As-Sananiri ;Perpisahan Selamanya di Dunia

Related Post