Syaharie Jaang

                                                                     
Akankah Samarinda Punya Wali Kota Baru atau Figur dari Sangatta Lagi yang Jadi Gubernur Kaltim

  SAMARINDA, SUARAKALTIM.com– Hari ini, tanggal 27 Juni 2018, Pilkada serentak 2018.  Termasuk Kaltim, yang akan memilih Gubernur dan Wakil Gubernur  (2018-2023).   Ada empat pasangan calon (paslon) Gubernur  dan Wakil Gubernur Kaltim.     Untuk calon gubernur (cagub)  di antara empat paslon, hanya H Syaharie Jaang yang masih aktif menjabat sebagai  Wali Kota Samarinda.  Bila Syahari

Selesai Cuti, Syaharie Jaang Langsung Kerja

SAMARINDA,   Calon Gubernur (Cagub) Kaltim yang juga Walikota Samarinda langsung kerja, setelah selesai cuti.  Syaharie Jaang hadir memenuhi undangan grand opening sekaligus kegiatan sosial sunatan massal gratis dan donor darah, yang diselenggarakan  oleh  RS Hermina Samarinda Jl Teuku Umar, Kecamatan Sungai Kunjang Minggu (24/6). Walikota Syaharie Jaang terlihat didampingi sekkot Samarinda H Sugeng Chairuddin.    

Sejak Lama Aktif di Medsos Cara Jaang Ingin Dekat Masyarakat

DIANTARA   pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur Kaltim 2018,  H Syaharie Jaang  yang selalu rutin update kegiatan di media sosial, facebook dan instagram.  Itu sudah dilakukan sejak lama, tidak hanya saat menjelang Pilgub 2018 saja. Ini menunjukkan figur Syaharie Jaang tidak gaptek atau gagap tekhnologi di “zaman now” dan berupaya selalu dekat masyarakat. Selain

Syaharie Jaang : Semoga di Hari yang Fitrah Ini Kita Semua Tetap Menjadi Orang yang Bertaqwa

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillah Ilham. Tak terasa kita sudah berada di penghujung Bulan Ramadhan. Saya dan keluarga mengucapkan Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin. Semoga di hari yg fitrah ini kita semua tetap menjadi orang yg bertaqwa, selalu di penuhi rasa syukur dan selalu berbuat kebaikan bagi semesta alam. 

Syaharie Jaang lebih Unggul dari  2 Sisi; Figur & Rekam Jejak`yang Baik

  SAYA enggak ingin menuliskan hasil survei.  Saya juga enggak mengatakan,  hasil survei ada yang membohongi masyarakat. Artinya enggak semua. Rakyat sudah bisa membedakan, mana yang benar dan mana yang bote atau bohong. Sebenar-benarnya survei, adalah survei masyarakat sendiri. Masyarakat bisa lebih mencermati  figur, dibandingkan melihat partai politik, yang mengusung figur calon kepala daerah tersebut.