Suara Kaltim – Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengaku geram dengan kelakuan pemerintah akhir-akhir ini, termasuk masalah ekspor lobster.
Sayangnya, Susi Pudjiastuti menyebut dirinya tak lagi punya pengaruh untuk mengubah kebijakan kelautan dan perikanan di tingkat nasional.
Susi Pudjiastuti menuding Kabinet Indonesia Maju yang merupakan periode kedua kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah dikuasai oleh orang-orang tambang sehingga tak memikirkan keberlanjutan ekosistem laut.
“Yang pegang kuasa di pemerintahan saat sekarang majority adalah orang-orang tambang,” kata dia dikutip dari kanal YouTube Najwa Shihab pada Kamis 24 Desember 2020.
Ia menuding para pejabat di atas tampuk kekuasaan tidak pernah berpikir untuk menjaga kelestarian dan keberlangsungan ekosistem laut.
“Kalau orang tambang itu ya gali terus sebanyak-banyaknya hari ini supaya kena kita semua,” ujar Susi.
“Jangan sampai disisakan nanti kita rugi,” ucapnya menambahkan.
Susi menyebut tambang dan perikanan adalah dua hal yang berbeda sehingga pengelolaannya tak bisa disamakan.
“Nah, tambang itu kan nanti akan habis. Kalau ikan, hasil laut dikelolanya seperti tambang, ya habis,” tuturnya tegas.
“Tapi kan bodoh, itu (perikanan) kan renewable resources (sumber daya alam terbarukan),” kata dia.
“Masak mau dikelola dengan cara mengekstraksi, mengeksploitasi kayak tambang?” tanyanya.
Susi menjelaskan, tambang habis karena berasal dari fosil yang tidak bisa berkembang biak dan memperbanyak dirinya sendiri.
“Kalau tambang kan fosil, dikeruk habis. Kalau ikan, udang itu hidup,” tegas dia.
“They have capacity, capability to replenish, to multiply (mereka punya kemampuan, kapabilitas untuk mengisi kembali, berkembang biak)” tuturnya.
Ia pun tegas menyebut bidang kelautan dan perikanan di Indonesia takkan maju jika dikuasai oleh orang tambang.
“Selama yang memegang policy (kebijakan) itu orang tambang, ya mereka akan anggap laut itu ditambang bukan dikelola,” ujarnya.
Ia merasakan secara langsung bagaimana buruknya pengelolaan laut di Indonesia membuat hasil tangkap nelayan menurun drastis, terutama lobster.
Susi yang 30 tahun berpengalaman di bidang perikanan menyebut dahulu nelayan bisa mendapat dua hingga empat ton lobster besar setiap harinya.
Mulai tahun 2000, nelayan hanya dapat 100-200 kilogram. Sekarang, nelayan hanya dapat 50 kilogram dan sulit untuk mendapatkan lobster besar.
“Saya baru tahu itu (benih lobster) diperdagangkan setelah jadi menteri. So, I wanna do something (Jadi, saya ingin melakukan sesuatu),” tuturnya.
“Lobster itu yang bikin nelayan kaya. Bukan bibitnya, lobster besarnya karena pengambilannya bisa sustain (berlanjut terus),” kata Susi tegas.***
Mahbub /foto Susi Pudjiastuti. /instagram.com/@susipudjiastuti115