SAMARINDA. Suara Kaltim Online -Sejak tragedi kecelakaan Gunung Manggah yang merenggut 4 korban meninggal dunia beberapa pekan lalu, Dinas Perhubungan Kota Samarinda masih perketat penjagaan dengan menempatkan petugas di sekitar tanjakan dan turunan gunung maut tersebut untuk mengawasi truk agar tidak melintas pada jam sibuk.
Hal ini kembali diungkapkan Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) Dishub Kota Samarinda, Hari Prabowo pada rapat membahas forum lalu lintas angkutan jalan tentang Lintasan Angkutan Barang di Jl Otto Iskandardinata (Eks Jl Tenggiri) di Ruang Rapat Wawali Lantai II Balaikota, Rabu (19/02).
Perlu diketahui, Jl Otto Iskandardinata (Otista) ini memang menjadi jalur tercepat bagi kendaraan roda 6 atau di atasnya yang melintas dari arah Samarinda Kota menuju Sambutan atau sebaliknya. Karena jalur penghubung bagi kendaraan roda 6 atau lebih belum tersedia, maka kendaraan tersebut terpaksa melintas di jalur yang padat pada pagi dan sore hari itu.
“Untuk sementara kami membatasi kendaraan roda 6 hanya pada malam hari saja atau di luar jam sibuk,” ucap Hari.
Dia juga menjelaskan kondisi lingkungan di Jl Otista seperti penjual kayu bekas yang berada tepat di bahu jalan, kendaraan pembeli cenderung parkir ke badan jalan dan adanya akses jalan atau simpang Jl Damai yang berakibat tundaan juga menjadi salah satu penyebab terjadinya macet dan menumpuknya kendaraan pada jam sibuk.
Sementara Kepala Dishub Kota Samarinda, Ismansyah mengungkapkan mengapa Jembatan Mahkota II dilarang dilintasi kendaraan roda 6 dikarenakan jalan pendekat atau penghubungnya belum tersedia.
“Itulah kenapa Jembatan Mahkota II sampai saat ini selalu diportal, bukan jembatannya yang tidak mampu menampung beban kendaraan roda 6 atau lebih, tetapi jalan pendekatnya yang tidak mampu menopang beban. Bayangkan kalau kendaraan tersebut misalkan selalu lewat Jl Sejati atau penghubung lainnya, maka bakal hancur jalan tersebut karena kapasitas hanya di bawah 8 ton,” ungkap Ismansyah. (KMF13)
Penulis: Ferdi —Editor: Doni