Seorang Siswa Sekolah Usaha Perikanan Aceh Besar DidugaTewas Dibunuh, Ini Kata Pihak Sekolah

Sabtu, 2 Maret 2019 | 6:29 pm | 488 Views |
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
                                                                     
Suasana di Komplek SUPM Ladong, Sabtu 2 Maret 2019. (foto@Juli Portalsatu)
 

BANDA ACEH, www.suarakaltim.com – Seorang Siswa Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM), dulu dikenal dengan SPP Ladong, di Gampong Ladong, Kecamatan Masjid Raya, Aceh Besar ditemukan tewas di kebun warga, Jumat 1 Maret 2019 siang. Kejadian tersebut menggerkan pihak sekolah, karena sejak berdiri 35 tahun lalu belum pernah berkasus.

Dilansir dari portalsatu.com, korban tewas merupakan siswa Kelas 1 SUPM Ladong dengan nama Raihan Alsyahri, 16 tahun, berasal dari Kabupten Binjai, Sumatera Utara. Menurut laporan polisi, korban awalnya ditemukan Abdul Munir, warga Gampong Duyung, Kecamatan Masjid Raya yang tengah mengembala domba di sekitar komplek SUPM.  Ketika itu, Abdul Munir melihat ada orang berbaju kaus warna biru tergelatak di tanah sekitar 300 mater dari pagar lingkungan Asrama SUPM.

Abdul Munir kemudian menghampiri, ternyata orang yang bercelana sekolah biru dengan tali pinggang siswa dan  bersandal jepit hitam tersebut sudah tidak bernyawa. Abdul Munir langsung meberitahukan temuannya kepada Usman, seorang PNS di Komplek SUPM Ladong, laporan kemudian diteruskan ke Polsek Krueng Raya, Aceh Besar.

Saat dievakuasi, polisi melihat ada luka memar di dahi dan kepala bagian belakang korban. Tanda –tanda tersebut menguatkan dugaan, korban tewas karena dibunuh. Namun Hingga kini polisi masih terus melakukan penyelidikan, mulai olah TKP, memeriksa sejumah saksi dan memvisum jenazah korban untuk kepastian hukum kematian korban.

Humas SUPM Ladong, Harun mengatakan kejadian itu membuat geger pihak sekolah karena sejak berdirinya sekolah bidang perikanan itu 35 tahun silam belum pernah mengalami hal seperti itu. “Kami sangat kaget, karena tidak pernah dialami sebelumnya, baru kali ini musibah yang terjadi di SUPM,” kata Harun, Sabtu 2 Maret 2019.

Harun menjelaskan, pembinaan siswa di SUPM sangat tertib. Ada apel pagi, apel siang, dan apel malam bahkan apel makan –makan.  Namun, kata dia, membina 600 siswa itu tidaklah mudah karena mereka memiliki karakter berbeda- beda.  Diakunya, sistem senior dan junior di kalangan siswa SUMP juga masih tetap ada, namun sistem ini biasanya berlaku pada piket. “Senior jadi komandan piketnya, junior anggota,” ujar Harun.

Terkait penanganan kasus tewasnya Raihan, Harun mengatakan pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian untuk mengusutnya. Pihak sekolah juga mengupayakan agar keluarga korban agar persoalan sekolah dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Sedangkan proses hukum kasus tetap ditangani pihak berwajib dalam hal ini kepolsian.

Upaya penyelesaian secara kekelurgaan pihak SUPM ditanggapi positif Reni Rahayu, ibu korban. Reni mengatakan, dirinya sepakat pesoalan sekolah dengan kepergian anak keduanya itu diselesaikan secara kekeluargaan. Sedangkan proses hukum atas kematian anaknya tetap berlanjut.

“Kita juga mau secara kekeluargaa, pihak sekolah iya mau mengantar anak kami ke Medan. Kami ini sudah banyak keluarkan biaya sekolah anak kami. Tapi kasusnya harus terus diproses hukum sesuai apa yang diungkap oleh polisi,” kata Reni Rahayu didampingi suaminya Sofyan, ketika melihat jenazah anaknya Raihan di Ruang Jenazah RSUZA Banda Aceh. portalsatu.com

BERITA KRIMINAL LAINNYA :

Related Post