Semasa Hidup, BJ Habibie Dijuluki Mr Crack

Kamis, 12 September 2019 | 2:38 pm | 200 Views |
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
                                                                     

 

Rabu, 11 September 2019 22:15 WIB

  •  
  •  
  •  
BJ Habibie yang saat itu menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) ketika diwawancarai di kantornya, Jakarta, pada tahun 1992. Pria kelahiran Parepare itu merupakan sosok yang berkontribusi besar terhadap dunia penerbangan Tanah Air.TEMPO/Rully Kesuma

BJ Habibie yang saat itu menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) ketika diwawancarai di kantornya, Jakarta, pada tahun 1992. Pria kelahiran Parepare itu merupakan sosok yang berkontribusi besar terhadap dunia penerbangan Tanah Air.TEMPO/Rully Kesuma

TEMPO.CO, Jakarta – Presiden ke-3 BJ Habibie semasa hidupnya pernah dijuluki Mr. Crack oleh para koleganya. Dalam buku berjudul The True Life of Habibie karya Andi Makmur Makka, dituliskan bahwa Habibie memperoleh julukan tersebut lantaran dia termasuk orang pertama di dunia yang bisa memperlihatkan cara mengitung crack propagation on random hingga ke atom-atomnya.

Mengutip Antara, temuan Habibie itu bermula dari tantangan Departemen Pertahanan Jerman kepada para ahli untuk mencari penyebab jatuhnya pesawat Fokker 28 dan pesawat tempur Jerman Starfighter F-104 G. Tantangan itu dijawab oleh Habibie yang kala itu bekerja di perusahaan Hamburger Flugzeugbau (HFB).

 

Baca Juga :

BJ Habibie Wafat, Ini Warisan Kebijakan Ekonomi yang Ditinggalkan

Habibie dan Pesawat Rancangannya N250 yang Dilarang Terbang

Rumah Masa Kecil BJ Habibie di Parepare akan Dijadikan Museum

 

Dari sana, lahirlah Teori Habibie, Faktor Habibie, hingga Prediksi Habibie, yang kemudian masuk ke dalam buku pegangan soal prinsip-prinsip ilmu desain pesawat terbang standar NATO. Buku NATO itu berjudul Advisory Group for Aerospace Research and Development.

Salah satu rekan Habibie yang juga ahli aerodinamika di Jerman Barat, Lascka, menuliskan bahwa teori yang ditemukan Habibie itu amat penting bagi ilmu kedirgantaraan. Sebab, retakan dalam struktur pesawat memang menjadi salah satu hal yang dicemaskan oleh para perekayasa.

Mantan Presiden RI BJ Habibie meninggal dunia pada pukul 18.05 WIB, Rabu 11 September 2019, di RSPAD Gatot Subroto Jakarta Pusat. Putra kedua Habibie, Thareq Kemal Habibie mengatakan ayahnya meninggal karena penurunan fungsi tubuh dan gagal jantung.

“Kemarin saya katakan bahwa gagal jantung yang mengakibatkan penurunan itu, kalau memang organ-organ itu degenerasi melemah, menjadi tidak kuat lagi, maka tadi jam 18 lebih lima, jantungnya dengan sendiri menyerah,” ujar Thareq dalam pesan yang diterima Tempo hari ini, Senin 11 September 2019.

 

Menurut Thareq, tim dokter sudah berbuat yang terbaik untuk BJ Habibie. “Mohon doanya, terima kasih,” ujar dia.

 

Caesar Akbar/Rahma Tri/Juli Hantoro

 

Related Post