“Ini sudah mampir sepuluh kali terjadi warga yang meninggal kami di Rampi harus ditandu puluhan kilometer untuk kembali ke Rampi,” kata pemuda desa Rampi, Theo saat berbincang dengan detikcom, Rabu (13/2/2019).
Dia menghitung, dibutuhkan waktu hampir 2 hari agar jenazah bisa sampai di peristirahatan terakhirnya. Theo menggambarkan, perjalanan menuju Rampi dari Masamba harus melewati wilayah Sulawesi Tengah (Sulteng). Misalnya, Jenazah berangkat dari Masamba menuju Poso. Dari Poso, jenazah masuk ke wilayah Pamona.
“Dari Bada untuk sampai desa pertama ke Rampi itu sekitar 36 kilomter. Ini baru desa pertama. Kalau desa lainnya bisa mencapai 60 kilometer ke desa saya dan ini bisa makan waktu sehari semalam berjalan kaki dengan memikul tandu,” ujarnya.
“Ini tolonglah kepada pemerintah agar akses jalan diperbaiki,” tambah dia.
Sementara itu, salah seorang tenaga medis di Rampi juga mengutarakan hal serupa. Dia bercerita bagaimana susahnya merujuk pasien ke rumah sakit kabupaten karena jeleknya akses jalan.
“Ini mengingatkan saya pada kejadian 2 tahun lalu, bagaimana sibuknya kami di gunung berusaha dengan pasien pendarahan yang seharusnya segera dirujuk,” kata tenaga medis itu saat dikonfirmasi terpisah oleh detikcom.
Bersama beberapa koleganya. mereka sempat menemukan beberapa pasien dan keluarga yang menolak dirujuk ke rumah sakit kabupaten karena jauhnya jarak dan harga yang mahal yang dikeluarkan jika menggunakan pesawat.
“Pernah kejadian serupa tahun 2017 ada yang meninggal dan harus ditandu. Lalu akses pesawat dengan harga yang fantastis (non subsidi),” kata dia.
Dia pun hanya berharap, dengan segala keterbatasan tenaga medis yang bertugas di daerah Rampi, akses jalan menuju daerah itu segera diperbaiki, termasuk menyediakan ambulans atau subsidi tiket pesawat khusus pasien yang akan dirujuk ke rumah sakit kabupaten.
“Sampai saat ini, 2 tahun berlalu masih sama. Setiap awal tahun kontrak pesawat subsudi belum kunjung ada, sehingga pesawat hanya 2 kali dalam seminggu terbang komersil dengan harga non subsidi,” ucapnya.
“Semoga fasilitas ambulans di Rampi sudah bisa digunakan oleh masyarakat,” ucapnya.
Foto:
“Ini kejadian bukan pertama kali. Kita ketahui kejadian yang sudah kesekian kali,” kata Indah saat ditemui wartawan di kantor Gubernur Sulsel, Jalan Urip Sumohardjo, Makassar, Rabu (13/2/2019).
“Ini kan jadi keprihatinan bersama. Kami berharap ada sinergi ada Pemda, pemerintah provinsi, dan pusat. Pusat kemarin minta percepatan tender kargo,” sambungnya.
Derngan dibukanya pengiriman kargo, Indah berharap pengiriman jenazah menuju Rampi tidak menjadi sangat mahal. Perlu diketahui, untuk mengirim jenazah ke Rampi, keluarga jenazah harus merogoh kocek seebsar Rp 50 juta.
“Sehingga masyarakat tidak membutuhkan biaya yang terlalu mahal. Kemarin 50 juta itu nonsubsidi. Kalau kargo jauh lebih murah,” kata dia.
Untuk perbaikan jalan menuju Rampi, lanjut Indah, desain pembangunannya baru akan selesai pada tahun ini. Hal inilah yang menyebabkan dirinya mendorong segera dipercepat perbaikan sarana transportasi udara ke daerah itu.
“Kalau Rampi ini masih di desain. Goksunya tahun ini masih desain,” kata Indah.
“Kami sangat prihatin infrastruktur dasar belum, belum sepenuhnya,” ujar Sandiaga di Seknas Prabowo-Sandi, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (13/2/2019).
“Dan kita dorong sehingga pendanaannya dan sumber ekonomi bisa tersentuh dan dirasa masyarakat,” sambung Sandiaga.
“Itu menjadi fokus pembangunan ke depan adalah di infrastruktur yang langsung bersinggungan dengan masyarakat dalam keseharian mereka, termasuk infrastruktur pedesaan, pertanian, infrastruktur yang berkaitan dengan nelayan dan sebagainya,” tutur Sandiaga.
“Saya melihat juga, jangankan jalan di pedesaan, jalan di Pantura sekarang saja dari Pati, Rembang, sampai ke Demak sampai Kudus dari Kudus ke Demak juga banyak yang rusak,” sambung dia.
Diketahui jenazah warga yang ditandu ialah Renti Tanta, yang meninggal di RS Andi Djemma, Luwu Utara. Rencananya jasad Renti akan dimakamkan di Desa Rampi. Jenazah akhirnya dibawa dengan cara ditandu karena jalan di desa rusak. Sementara jika menggunakan jasa penerbangan, ongkosnya sekitar Rp 50 juta.