MARAHABAHN, www.suarakaltim.com – Sungguh terlalu. Perilaku sangat tidak terpuji ditunjukkan Kabag Humas dan Protokol Pemkab Batola Hery Sasmita. Karena tersinggung karena ditegur, Hery tega menghajar kai H Jainuri (58) tahun penjaga Kubah Datu Abdussamad, Marabahan. Kening dan hidung H Jainuri berdarah.
Hery nampaknya kurang memahami tugasnya selaku Kabag Humas dan Protokol Pemkab Batola. Bukannya memberikan informasi mengenai hasil pembangunan kepada masyarakat, Hery malah melakukan tindakan premanisme.
Aksi brutal yang dilakukan Hery Sasmita itu terjadi pada Kamis (19/7) sekitar pukul 08.30 Wita. Saat itu, H Jainuri sedang melakukan rutinitasnya membersihkan dan menjaga areal makam.
Kemudian, Hery Sasmita datang memasuki areal makam tanpa melepas sepatu. Padahal, peraturan di areal tersebut terang-terangan pengunjung tak diperkenankan memakai alas kakinya.
“Menurut suami saya, saat itu melihat Hery masuk menggunakan sepatu ke dalam. Suami saya pun menegurnya. Bukannya melepas sepatu, Hery malah memukul suami saya dan mengenai pelipis kanannya hingga berdarah,” terang Mislawati, istri H Jainuri dinukil dari Klikkalsel.com.
Sembari memukul, lanjut Mislawati, Hery yang bertindak layaknya seorang jagoan juga mengucapkan kata-kata dengan nada tinggi. “Kada tahu kah ikam siapa aku di Marabahan nih,” ucap Mislawati menirukan ucapan Hery.
Saat itu, beber Mislawati, anaknya yang yang juga ada di lokasi kejadian berusaha melerai dan mencegah aksi membabi buta Hery. “Bukannya berhenti, Hery malah kembali melayangkan tinjunya yang kedua kali kepada suami saya,” jelasnya.
Akibat bogem mentah yang dilayangkan Hery Sasmita, Jainuri menderita luka di pelipis mata serta hidungnya berdarah. Saat itu juga, Jainuri yang setengah sadar langsung dilarikan ke Rumah Sakit Abdul Azis, Marabahan.
Setelah itu, Jainuri dan keluarga yang merasa tak terima dengan perlakuan Hery langsung melaporkan kejadian tersebut ke Polres Batola.
Menanggapi ulah preman anak buahnya ini, Wakil Bupati Batola Rahmadian Noor mengaku, menyesalkan sikap Hery. Namun, ia enggan mengaitkan masalah ini dengan posisi Hery selaku Kabag Humas dan Protokol Pemkab Batola. “Terlepas dari apa pun jabatannya, yang pasti kita menyesalkan kejadian ini. Bukan perkara siapa salah siapa benar, yang jelas aksi pemukulan adalah hal yang salah,” katanya.
Rahmadi menyarankan agar masalah ini tak berlanjut ke ranah hukum. “Kami mendorong agar hal ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan,” ucapnya.
Lantas, kalau hal ini diselesaikan secara hukum, apakah bupati dan wakilnya akan memberikan sanksi kepada Hery? Menurut Rahmadi, pemberian sanksi tetap merujuk pada aturan. “Kita akan lihat kronologis kejadian dari kedua belah pihak. Kalau ada kesalahan harus ada sanksi,” ujarnya.
Melihat dari kasus ini jelas sangat lucu apabila Bupati Batola masih mempertahankan Hery sebagai Kabag Humas dan Protokol. Bagaimana seorang Kabag Humas dan Protokol bisa memberikan informasi yang baik kepada masyarakat apabila ia justru menunjukkan sikap arogan kepada masyarakat kecil. sk-14/suhaimi hidayat/kabarkalimantan