Giliran Warga Jember Lari ke Malang, Jual Harta untuk Menunggu Kiamat

Jumat, 15 Maret 2019 | 8:02 pm | 407 Views |
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
                                                                     
 
Warga jual foto Kiai Agus Muhammad Romli Soleh Syaifuddin, pengasuh ponpes di Malang. (BeritaJatim)
 

SuaraKaltim.com – Warga Jember juga diberitakan lari ke Malang karena takut kiamat. Mereka adalah warga Desa Umbulsari dan Gunungsari, Kecamatan Umbulsari, Kabupaten Jember.

Mereka eksodus ke Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadiin, di Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Jumlahnya ada puluhan orang.

“Ada warga saya yang ke Malang karena isu kiamat ini. Ada juga warga desa lain, tapi saya tidak tahu berapa,” kata Kepala Desa Umbulsari, Fauzi, Jumat (15/3/2019).

Mereka yang eksodus ini adalah murid Ustadz Dasir, salah satu santri Ponpes Miftahul Falahil Mubtadiin. Dia adalah warga Desa Wringin Telu, Kecamatan Puger, yang menjadi menantu salah satu tokoh agama di Umbulsari. Selama empat tahun, Ustadz Dasir merekrut masyarakat untuk mengaji.

“Mulanya biasa-biasa, tapi lama-lama kok tingkah pengikutnya tidak sama seperti masyarakat lain. Sebenarnya semakin bagus, ibadahnya semakin tekun. Tapi semakin sedikit bicara, karena dilarang mensyiarkan apa-apa sama kiainya,” kata Fauzi.

Lantas, sekitar satu tahun belakangan mulai muncul isu kiamat akan tiba.

“Isu muncul sekitar 5 bulanan. Tapi tidak seberapa saya hiraukan. Saudara saya juga ikut di situ. Dia sudah malas bekerja. Dia merasa harta tidak ada gunanya, karena sebentar lagi kiamat. Harta yang ada dijual untuk biaya hidup sehari-hari sambil menunggu kiamat,” kata Fauzi.

Fauzi juga mengaku sempat bertemu dengan salah satu kawan SMA bernama Misno, yang juga mengikuti ajaran itu.

“Pak, ajaran yang sampeyan ikuti itu sebetulnya seperti apa, kok saudara saya sekarang tidak mau bekerja karena sebentar lagi kiamat. (Misno) Bilang, ‘Oh, ajarannya tidak begitu,’” katanya.

Ilustrasi jam kiamat (Shutterstock).
Ilustrasi jam kiamat (Shutterstock).

Fauzi meminta Misno menjelaskan ajaran dari Dasir. Namun, Misno tetap menolak. Alasannya dilarang sang kiai.

Beberapa hari belakangan, keluarga besar Fauzi pun heboh. Ini gara-gara sang saudara yang menjadi murid Dasir mendadak hendak menjual sawah untuk modal ke Malang.

“Seminggu lalu, dia pergi tanpa pesan. Dari Umbulsari ada 21 orang warga yang ke Malang, plus kiainya. Rata-rata mereka bawa uang hasil jual aset,” kata Fauzi.

Ternyata tidak semua pengikut yang berangkat. Pemerintah desa pun berhasil mengorek keterangan dari mereka.

“Mereka dikasih bambu yang diruncingkan, dan disuruh membayar mahar Rp 1,5 juta. Yang tidak bisa memberi mahar, disuruh bikin senjata sendiri, karena setelah bulan puasa katanya mau ada perang,” kata Fauzi.

Hal ini membuat resah warga.

“Bahkan ada yang sampai mau cerai, karena istrinya tidak mau ikut (ke Malang),” kata Fauzi.

Ada juga pengikut yang menjual foto Kiai Agus Muhammad Romli Soleh Syaifuddin, pengasuh ponpes di Malang, seharga Rp 1 juta.

“Fotonya itu untuk menolak kiamat,” kata Fauzi.

 

Related Post