Di Banten, Masih Ada Warga NKRI yang Meninggal Usai Menahan Lapar dengan Minum Air Galon 2 Hari

Selasa, 21 April 2020 | 3:06 pm | 31 Views |
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
                                                                     
 

Serang, Suara Kaltim Online – Satu Keluarga di Kelurahan Lontar Baru, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten, terpaksa minum air galon isi ulang selama dua hari. Namun kini, Yuli Nuramelia (43) sudah tak ada lagi merawat empat orang anaknya dan sang suami, karena sudah menghembuskan napas terakhirnya pada Senin, 20 April 2020 kemarin sekitar pukul 15.00 WIB.

Keluarga itu harus menahan lapar dengan meminum air galon lantaran sang suami Mohamad Holik (49) yang seharinya menjadi pemungut barang rongsok tak bisa mendapatkan penghasilan, karena lapak pembeli barang bekasnya tutup. Begitupun anak sulungnya yang biasa bekerja sebagai buruh tak bisa menambah penghasilan bagi kedua orangtuanya, karena tempatnya dia bekerja tutup semenjak merebaknya COVID-19.

Meninggalnya Ibu Yulie yang sempat menahan lapar dengan air galon masih menjadi tanda tanya, karena sebelum meninggal, dia masih sempat menerima bantuan dari para relawan dan donatur dengan kondisi sehat.

“Pagi segar, sehat. Tidak ada keluhan. (Penyebab kematian) karena ada pikiran kalau kata dokter. Mungkin banyak orang yang ngomongin,” kata sang suami, Mohamad Holik, ditemui di rumah duka, Selasa 21 April 2020.

Penghasilan suaminya sebagai pemulung batang bekas hanya sebesar Rp25 ribu sampai Rp30 ribu per harinya. Itupun harus dibagi untuk masak dan kebutuhan hidup lainnya. Namun semenjak corona dan bantuan sosial belum juga di dapatkan dari Pemprov Banten maupun Pemkot Serang. 

Keluarga yang rumahnya masih menumpang secara gratis itu harus menahan lapar dengan mengonsumi air galon selama dua hari, termasuk sang anak yang masih bayi, hanya diberikan air mineral isi ulang. Hingga akhirnya berbagai relawan memberikan bantuan bagi keluarga almarhum Ibu Yuli.

Omen, salah satu relawan yang sempat memberikan bantuan dan bertemu dengan almarhum, mengaku kaget mendengar Ibu Yuli meninggal, lantaran dia baru memberikan bantuan pada Senin, 20 April 2020 sekitar pukul 10.00 wib. Namun sore harinya sudah meninggal dunia.

“Kalau ada yang bilang keluarga Ibu Yuli enggak kelaparan, itu bohong. Waktu saya kasih bantuan, itu roti, langsung di makan sama anaknya. Saya kaget pas dapat kabar ibu (Yuli) meninggal dunia,” katanya sembari terdengar suara menangis saat dikonfirmasi melalui sambungan selulernya, Selasa 21 April 2020.

Lurah tak percaya warganya kelaparan

Sedangkan pihak Kelurahan Lontar Baru, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten, mengaku tak yakin keluarga tersebut menahan lapar selama dua hari dengan meminum air galon isi ulang. Karena pihak kelurahan tak mendapatkan laporan adanya warga yang kelaparan selama COVID-19. 

“Dua hari enggak makan saya sendiri enggak percaya juga yah. Karena saya dapat informasi beliau masih makan,” kata Lurah Lontar Baru, Dedi Sudradjat, ditemui di rumah duka.

Pihaknya juga tidak bisa memastikan penyebab Ibu Yuli meninggal dunia. Karena berdasarkan laporan yang dia terima dari tim medis, almarhum tidak terpapar COVID-19. Begitupun dengan kelaparan, Dedi mengaku kelaparan tidak membuat Ibu Yuli meninggal dunia.

“Kalau penyebabnya saya belum tahu pasti, tapi dokter bilang bukan COVID-19. (Menahan lapar) saya kira bukan itu. Pihak puskesmas bilang meninggal di jalan. Bukan juga (meninggal) karena kelaparan,” jelasnya.

 

Editor : A. Wahab/Viva

Related Post