CEK FAKTA: Gempa 4,8 SR Guncang Daerah Calon Ibu Kota Baru, Benarkah?

Selasa, 27 Agustus 2019 | 6:53 pm | 298 Views |
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
                                                                     

Tangkapan layar headline pemberitaan salah satu media online soal kabar gempa 4,8 SR di wilayah Kaltim pada 22 Agustus 2019. [Gelora.co/captured]

Netizen maupun media online sempat heboh mengabarkan bahwa belum lama ini wilayah calon ibu kota baru di Kaltim itu diguncang gempa cukup keras.

 

 

SUARAKALTIM.COMBaru-baru ini, tepatnya pada 22 Agustus 2019, marak perbincangan di dunia maya dan jejaring sosial soal gempa 4,8 SR yang dikabarkan mengguncang wilayah Kalimantan Timur (Kaltim) yang saat itu sudah ramai disebut-sebut menjadi calon daerah ibu kota baru Republik Indonesia.

Sumber informasinya beragam, termasuk di antaranya sejumlah akun media sosial yang memposting maupun mencuitkannya, begitu juga dengan beberapa media online. Salah satu media yang mempublikasikan hal tersebut pada 22 Agustus adalah situs Gelora.co lewat judul “Calon Ibukota Baru, Siang Tadi Gempa 4,8 SR Guncang Kalimantan Timur” (beritanya hingga 27 Agustus sore masih bisa diakses —Red).

“Tadi siang, tepatnya pukul 13.51 WIB, wilayah Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur diguncang gempa berkekuatan 4,8 Skala Richter (SR). Pusat gempa berada di koordinat 1,94 Lintang Selatan dan 116,1 Bujur Timur. Jaraknya 511 km arah Barat Laut Kota Makassar, 198 km arah Barat Daya Samarinda, 107 km arah Timur Laut Barabai,” tulis situs itu di dua paragraf awalnya.

Tangkapan layar pemberitaan salah satu media online soal kabar gempa 4,8 SR di wilayah Kaltim pada 22 Agustus 2019. [Gelora.co/captured]
Tangkapan layar pemberitaan salah satu media online soal kabar gempa 4,8 SR di wilayah Kaltim pada 22 Agustus 2019. [Gelora.co/captured]

Tangkapan layar dari berita itu pun kemudian disebarluaskan lagi oleh beberapa akun medsos. Salah satunya adalah akun milik Oktaviana Istinawati di Facebook, di mana postingan tertanggal 23 Agustus 2019 itu kemudian dibagikan ulang setidaknya ratusan kali. Di unggahannya itu, pemilik akun pun menambahkan sederet narasi.

“Dijawab langsung oleh Allah… ILC.. Pertimbangan menghindari bencana Gempa pindahkan Ibukota ke Kalimantan Timur. ‘Kalimantan Timur adalah daerah tak pernah tersentuh gempa’ (Tsamara Amany),” tulis akun Oktaviana Istinawati dalam narasinya, sembari menambahkan tagar #Takabbur.

 

Klaim/Hal yang Diperiksa

Ada dua hal yang perlu diperiksa. Pertama, benarkah pada 22 Agustus 2019 siang terjadi gempa berkekuatan 4,8 SR di wilayah Kalimantan Timur? Kedua, apakah daerah Kaltim sebenarnya memang bebas –atau tak pernah tersentuh– gempa?

Penelusuran

Media kolaborasi Cekfakta.com pada Selasa (27/8) ini sudah mempublikasikan hasil penelusuran atau periksa faktanya, yang sebelumnya sudah lebih dulu ditampilkan melalui laman Turnbackhoax.id. Publikasi ini menampilkan beberapa klarifikasi, termasuk hasil penelusuran dari beberapa media lainnya.

Salah satu yang memuat hasil penelusurannya adalah Tempo, yang pada 26 Agustus 2019 sempat mengecek ke situs Pusat Seismologi Eropa-Mediterania di alamat www.emsc-csem.org sebagai rujukan media online maupun akun medsos yang merilis informasi gempa itu. Ternyata dalam direktori informasi gempa bumi di situs itu, tidak ditemukan rekaman mengenai gempa dengan kekuatan magnitudo 4,8 yang diklaim berpusat di Kalimantan Timur.

 

Di bagian lain, Detik.com misalnya, pada 23 Agustus pun telah mmeberitakan bantahan sekaligus klarifikasi dari pihak BMKG mengenai informasi gempa di Kaltim tersebut. “Itu yang jelas hoaks karena episenternya tidak di Kalimantan, tapi ada di Sulawesi,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, Jumat (23/8/2019).

Dikatakan pula, informasi soal adanya gempa di Kalimantan Timur itu memang sempat dirilis Pusat Seismologi Eropa-Mediterania (EMSC-CSEM) yang menginformasikan bahwa gempa M 4,8 terjadi pada 22 Agustus 2019 pada pukul 05.51 UTC (selisih 7 jam setelah WIB). “Sayangnya, EMSC tidak update data lagi,” kata Rahmat, yang mengakui pula bahwa awalnya sistem otomatis BMKG pun sempat mendeteksi adanya gempa di Kaltim sebagaimana ditampilkan oleh EMSC.

Dijelaskan lagi bahwa saat itu, hasil bacaan mesin tersebut lantas dianalisis oleh operator, di mana kemudian analis BMKG memastikan ternyata gempa bukan terjadi di Kaltim, melainkan di Sulawesi. Kekuatan gempanya pun bukan M 4,8, melainkan M 3,3 dengan kedalaman pusat gempa 10 km, yang diakui memang tidak dicuitkan di akun Twitter BMKG karena gempanya tergolong yang tidak dirasakan.

Klarifikasi serupa atas beredarnya kabar gempa di Kaltim itu pun belakangan sudah dilansir oleh situs Kominfo.go.id, yang rata-rata isinya juga mengutip penjelasan yang sudah dilansir di media massa.

Meski demikian, terkait klaim atau kesimpulan bahwa wilayah Kaltim tergolong bebas gempa, apalagi jika disebut “tak pernah tersentuh gempa”, pihak BMKG pun memastikan hal itu tidak benar. Sebagaimana antara lain dijelaskan oleh Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, pada Jumat (23/8), dari sisi geologi dan tektonik, sesar gempa di Kaltim masih sangat aktif, di mana tiga struktur sesar sumber gempa yang ada masing-masing yaitu Sesar Maratua, Sesar Mangkalihat, dan Sesar Paternoster.

 

“Sesar Maratua dan Sesar Mangkalihat di wilayah Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur menunjukkan masih sangat aktif,” kata Daryono menjelaskan, sebagaimana antara lain dikutip Suara.com dari Antara.

Daryono pun mengatakan bahwa catatan (sejarah) gempa di Kabupaten Paser, Kaltim, sejauh ini cukup banyak. Salah satu gempa paling kuat yang pernah terjadi di sana adalah Gempa Paser berkekuatan magnitudo 6,1 pada 26 Oktober 1957. Sementara itu, peristiwa gempa tektonik terbaru adalah Gempa Longkali, Paser, pada 19 Mei 2019 lalu, yang berkekuatan 4,1 dan guncangannya sempat menimbulkan kepanikan warga.

“Melihat catatan sejarah tsunami masa lalu, pantai timur Provinsi Kaltim sebenarnya bukan kawasan aman tsunami. Peristiwa tsunami destruktif di Sangkulirang pada 14 Mei 1921, cukup sebagai bukti kerawanan tsunami di wilayah ini,” ujarnya, sambil menambahkan bahwa keberadaan pantai timur Kaltim yang berhadapan dengan North Sulawesi Megathrust juga patut diwaspadai.

Tangkapan layar unggahan akun Oktaviana Istinawati di Facebook terkait kabar gempa 4,8 SR di wilayah Kaltim pada 22 Agustus 2019. [FB/captured]
Tangkapan layar unggahan akun Oktaviana Istinawati di Facebook terkait kabar gempa 4,8 SR di wilayah Kaltim pada 22 Agustus 2019. [FB/captured]

Kesimpulan

Informasi yang beredar –lewat kabar di medsos maupun publikasi media online– adalah tidak benar alias hoaks (disinformasi), dan termasuk kategori misleading content apalagi ketika ditambahi narasi tertentu. Sebab faktanya, tidak ada gempa baik yang berkekuatan 4,8 SR maupun skala berapa pun, yang melanda wilayah Kaltim pada 22 Agustus 2019. Memang ada sumber yang sempat menampilkan informasi itu, namun sebagai data sementara yang tidak akurat dan belum terverifikasi; dan itu kemudian sudah dibantah atau dikoreksi oleh pihak BMKG sebagai yang berwenang.

Adapun soal apakah wilayah Kaltim –termasuk daerah calon ibu kota baru– bebas gempa atau tidak, otoritas terkait yang dalam hal ini juga diwakili BMKG, menegaskan bahwa gempa sudah pernah dan masih berpotensi melanda wilayah Kaltim. Dengan demikian, menjawab pertanyaan kedua, klaim atau pemahaman sebagian pihak bahwa Kaltim merupakan wilayah bebas gempa juga tidaklah benar.

Arsito Hidayatullah/suara.com

 

Baca juga : Warganet Bandingkan : Jakarta New York, Kaltim Washington DC

Baca juga : Kocaknya Meme Kocak di Tagar #IbuKotaBaru

Baca juga : Prabowo Setuju Ibukota Dipindah : Usulan Lama Gerindra Akhirnya Direalisasikan Jokowi, Tapi Ada Catatannya …

Baca juga : Di Lokasi Ibu Kota Baru Ada Lahan Prabowo, Gerindra: Apa pun Beliau Siap Berikan Untuk Kepentingan Negara

Baca juga : Pemerintah Janji Ibukota Baru Tidak akan Ganggu Hutan Lindung Kaltim

 

Related Post