Bantah Keluarkan Fatwa Kiamat, Pengasuh Ponpes Ini Sampaikan Klarifikasi

Jumat, 15 Maret 2019 | 8:39 pm | 270 Views |
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
                                                                     
 
Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadiin,KH Ramli Soleh Syaifuddin memberikan penjelasan didampingi Kapolres Batu, AKBP Budi Hermanto Sik MSi tentang fatwa kiamat. [TIMES Indonesia]
 
 

BATU, SuaraKaltim.com– Isu kiamat yang menghebohkan warga Jawa Timur membuat Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadiin di Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kasembon Kabupaten Malang, Gus Muhammad Romli angkat bicara.

Ia membantah mengeluarkan fatwa kiamat yang meresahkan warga. Lebih lanjut, ia menjelaskan hanya melakukan pengajian saja.

“Kalau sudah Rajab, Syaban sampai Ramadan banyak jamaah tarekat yang datang dari luar Jawa. Ada program triwulan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dan menyongsong meteor bukan kiamat,” kata Gus Romli seperti dilansir Beritajatim.com – jaringan Suara.com, Jumat (15/3/2019).

Ia mengatakan, jemaah triwulan sudah berjalan selama tiga tahun. Dalam pengajian, ia mengaku hanya menyebut bakal ada meteor jatuh, yang merupakan 10 tanda kiamat.

“Jadi awal dari 10 tanda besar kiamat itu diawali dari hantaman meteor, dalam hadis maka tunggulah dan intailah hari dimana langit akan datang dengan membawa asap yang nyata,” ujarnya.

Dalam pengajian tersebut, Gus Romli mengajak para jamaah untuk mewaspadai datangnya hari kiamat dengan melakukan zikir, tahlil dan tahmid. Sebab, tanda-tanda hari kiamat, menurut Gus Romli semakin jelas. Salah satunya adalah keringnya danau Tiberias di Israel.

“Dalam hadis tanda kemunculan Dajal adalah keringnya danau Tiberias di wilayah Israel. Kalau di akses di internet keringnya sudah sangat parah dan sudah hampir kering dan di perkirakan oleh BMKG dunia 2022 atau 2023 kering total,” ucap Gus Romli.

Gus Romli menyebut berdasarkan perhitungan itu, dugaan meteor jatuh pada 2019 ini. Sebelum itu, diawali dengan tiga tahun kemarau panjang. Atas dasar itu ia mengajak jemaah untuk membawa bekal dari rumah.

“Dalam sebuah hadis. Sahabat bertanya, Ya Rasulluah kita makan apa, kalian orang mukmin tidak perlu khawatir makanannya adalah dzikir, tahlil dan tahmid ada hadisnya itu. Karena itulah kesimpulan kami, kalau 2022 Tiberias mengering kemudian diambil 3 berarti tahun 2019 ini, tapi ini sifatnya kan karena waspada saja, bukan memastikan kiamat,” jelasnya.

Sebelumnya, Polres Ponorogo menindaklanjuti kabar 52 warga Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo yang pergi dari desanya.

 
 

Related Post