Tips buat Pemula yang Ingin Menulis Cerita Perjalanan

Sabtu, 7 September 2019 | 11:05 pm | 225 Views |
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
                                                                     

 

SUARAKALTIM.COM-Banyak orang mulai tertarik menulis cerita perjalanan. Namun, tak sedikit yang bingung untuk memulainya. Padahal, bukan hal yang sulit jika ingin menghasilkan karya seputar wisata. 

Dalam acara Travel Addict Festival, editor tulisan perjalanan Tempo, Qaris Tajudin pun membagikan tips. Pertama, Anda bisa mulai menulis dengan menggambarkan keadaan dan suasana, bukan sekedar menceritakan bahwa apa yang dilihat itu indah namun juga memberikan penjelasan agar pembaca hanyut dalam cerita.

“Misalnya, Anda bercerita tentang gunung yang indah. Deskripsikan keindahannya itu seperti apa. Apakah gunungnya besar, tinggi seberapa, uniknya, bagaimana, dan sebagainya,” katanya di Jakarta pada Sabtu, 7 September 2019.

Kedua, pemilihan kata saat mendeskripsikan sesuatu juga harus berbeda. Qaris pun menyarankan untuk memperbanyak diksi atau pilihan kata yang paling tepat dan selaras untuk menulis.

 

Baca Juga :

 

“Agar menarik minat pembaca, pakai bahasa-bahasa yang berbeda dari orang lain. Ini bisa dilakukan dengan diksi,” katanya.

Terakhir, Qaris juga mengimbau untuk menyertakan data pendukung dalam tulisan perjalanan. Namun, harus digarisbawahi, jumlahnya tidak perlu banyak dan sederhana. Misalnya, satu paragraf di tengah tulisan dan jika memiliki angka, hanya menggunakan bilangan pokok saja.

“Contohnya, tinggi gunung ini 14 koma sekian. Tidak perlu mendetail, cukup 14 saja. Ini bertujuan agar tulisan kita tetap menyertakan fakta dan tidak subjektif,” katanya.


Baca Juga :

Luar Biasa, Driver Ojol Ini Tulis Doa Perjalanan untuk Dua Agama di Helmnya

Suka Menulis Cerita tentang Perjalanan, Hindari 4 Kesalahan Utama

 

 
 
 
Ilustrasi wanita menulis. shutterstock.com

Ilustrasi wanita menulis. shutterstock.com

MENULIS  cerita tentang perjalanan sedang menjadi tren di kalangan anak muda. Mereka umumnya akan pergi ke suatu tempat dan mulai mengabadikan kisahnya yang dibagikan kepada banyak orang melalui blog, media sosial, atau cetak. Jika Anda salah satunya, bagaimana cara menulis dan bercerita kepada pembaca? 

Agar tidak salah langkah dan sebagai bahan evaluasi pula, editor tulisan perjalanan Tempo, Qaris Tajudin dalam acara “Travel Addict Festival” pun membagikan beberapa kesalahan utama yang wajib dihindari. Berikut empat di antaranya.

#Banyak menggunakan kata sifat
Saat menulis cerita tentang perjalanan, banyak orang yang berusaha menggambarkan sesuatu dengan kata sifat. Beberapa contohnya adalah cantik, tinggi, besar, elegan, dan sebagainya. Menurut Qaris, hal ini harus dihindari karena adjektif sering kali menipu.

“Misalnya Anda bercerita bahwa ada wanita cantik yang ditemui. Definisi cantik setiap orang itu berbeda sehingga bagi mereka yang tidak menganggap wanita itu cantik, menjadi tertipu,” katanya di Jakarta pada Sabtu, 7 September 2019.

Baca Juga :
 
 

#Menulis deskripsi yang terlalu panjang
Sebagai seorang penulis, Anda tentu akan dituntut untuk bisa menceritakan keseluruhan kejadian. Namun, memberikan gambaran yang terlalu panjang juga akan menimbulkan rasa bosan bagi pembaca. Terlebih jika sudah dilengkapi dengan foto dan video pada karya tersebut.

“Cukup sedikit dan tidak perlu bertele-tele. Apalagi jika sudah dilengkapi dengan visual yang bisa membantu pembaca untuk membayangkan situasi yang tengah berlangsung,” katanya.

#Menggunakan sudut pandang diri sendiri
Menulis cerita perjalanan seharusnya lebih ditujukan kepada pembahasan dan sudut pandang dari masyarakat sekitar. Sebaliknya, pemikiran dari sendiri harus diminimalisir sebab, menurut Qaris, traveling adalah kesempatan bagi seseorang untuk mendengarkan dan melihat sisi lain dari dunia.

“Fokusnya harus lebih kepada masyarakat, bagaimana tanggapan dan sudut pandang mereka. Kalau dari kita sendiri, nanti subyektif,” katanya.

#Harus linear dan kronologis
Banyak penulis perjalanan yang menetapkan suatu keharusan untuk membuat jalan cerita secara linear dan kronologis. Misalnya, mereka menulis dari awal kedatangan, aktivitas apa saja yang dilakukan hingga pulang. Padahal, menurut Qaris, hal ini tidak selalu tepat karena kejutan atau peristiwa yang menarik juga bisa dijadikan cerita pembuka atau berada di tengah badan tulisan.

“Jadi bebas saja. Kuncinya jangan menulis perjalanan seperti diary,” katanya.


Sarah Ervina Dara Siyahailatua/

 
Foto puncak Sindoro-Sumbing (tengah) dan Merapi-Merbabu (kiri) terlihat saat matahari terbit di puncak Gunung Prau, Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah.

foto Alexander Aprita/Tribunjogja.com

 

 

Related Post