Pengusaha Hotel Siap Buka Kamar di Ibu Kota Baru

Rabu, 4 September 2019 | 6:17 am | 175 Views |
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
                                                                     

JAKARTA, SUARAKALTIM.COM Rencana pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur akan membawa peluang baru bagi sejumlah pelaku bisnis di tanah air. Sebab, pembangunan ibu kota baru bakal melibatkan banyak pihak dan membuka investasi.

Misalnya, PT Grahawita Santika atau dikenal dengan Hotel Santika melirik potensi bisnis yang bisa digarap dari pengembangan ibu kota baru tersebut. General Manager Corporate Business Development dan Marcomm Departement Hotel Santika, Sudarsana, mengatakan isu pemindahan ibu kota diterima secara positif oleh pelaku usaha, termasuk bisnis perhotelan. Saya akan bertemu investor dari Samarinda untuk melirik peluang di sana, kata dia kepada KONTAN, Selasa (3/9).

Seperti yang sudah diumumkan, pemerintah berencana memindahkan ibu kota ke sebagian wilayah Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Dengan rencana tersebut, manajemen Santika optimistis bakal meningkatkan pergerakan masyarakat, yang justru menyebabkan potensi pasar perhotelan di Jakarta tetap besar. Hal itu seiring dengan peningkatan permintaan penginapan akibat tingginya mobilitas masyarakat. Sudarsana menganggap, pasar hotel di Jakarta tidak terganggu, justru membuka potensi baru.

Meski demikian, saat ini manajemen Santika belum menentukan kapan mereka bakal memulai proyek di sekitar calon ibu kota baru. Sudarsana pun meyakini pihaknya memiliki pengalaman di sektor perhotelan dan memperluas pasar di Kalimantan.

Selama ini, jaringan hotel Santika memang sudah merambah wilayah Kalimantan. Saat ini, Santika memiliki empat portofolio hotel di Pulau Borneo, yakni Hotel Santika Pontianak, Amaris Palangkaraya, Amaris Banjar dan Amaris Samarinda.

Jaringan hotel

Dafam Hotel Management (DHM) bahkan sudah menyiapkan rencana ekspansi hotel di kawasan ibu kota baru pada tahun depan. Ninik Haryanti, Corporate Public Relation & Sales Manager DHM mengklaim, pihaknya terus mengembangkan jaringan hotel di seluruh wilayah.

Ekspansi tersebut juga akan memperhitungkan rencana pemindahan ibu kota baru. “Saat ini kami di Kalimantan ada di Banjarbaru, kemarin habis MoU untuk di Tabalong. Rencana ke depan, kami akan ekspansi ke ibu kota baru,” ujar dia kepada KONTAN, Selasa (3/9).

Jaringan hotel DHM membidik semua segmen mulai dari kalangan milenial, business traveler maupun leisure traveler. Namun komposisinya berbeda-beda setiap daerah. Sejauh ini, kontribusi dari bisnis leisure travelers memang masih terbesar.

Catatan KONTAN, DHM berencana menambah empat hotel baru pada tahun ini, yakni di Wonosobo, Bali, Karimun Jawa dan Jakarta. Investasinya sekitar Rp 60 miliar hingga Rp 70 miliar untuk hotel bintang 3 berkapasitas 100 kamar. “Kami menargetkan memiliki 26 hotel hingga akhir tahun ini. Nanti tiba-tiba MoU take over dan lainnya itu compliment, yang kadang kami tidak bisa prediksi,” ucap Ninik.

PT Intiwhiz International, anak usaha PT Intiland Development Tbk (DILD) juga memiliki portofolio hotel di Balikpapan yang diharapkan terdongkrak setelah pemindahan ibu kota nanti. Saya kira dari situ dulu, kami belum berencana tambah hotel di sana, sebut CEO Intiwhiz International, Moedjianto.

Tak mau kalah, Omega Hotel Management (OHM) pun bakal memperluas pangsa pasar di Kalimantan. Pemilik jaringan Hotel Cordela tersebut menyatakan bakal terus ekspansi jaringan hotel yang ditargetkan pada tahun 2023 mendatang sudah mencapai 50 hotel dengan kapasitas 2.000 kamar.

“Kami sudah mau masuk Kalteng hingga Kaltim. Kami segera membuka di Kalteng targetnya Oktober. Di Kaltim, kami dalam tahap pendekatan ke Samarinda,” ujar Jeany Febriani Darmanto, Corporate PR & Marketing Communication Manager OHM.

Okupansi hotel turun

Memasuki semester II 2019, anak usaha PT Intiland Development Tbk (DILD) yang bergerak di bisnis hotel, PT Intiwhiz International, mencatatkan penurunan okupansi.

CEO Intiwhiz International, Moedjianto, mengatakan penurunan tingkat hunian (okupansi) Intiwhiz mencapai 5% dibandingkan semester I 2019. Pariwisata turun, sehingga bisnis kami ikut menurun. Kelihatannya karena tiket pesawat mahal, kata dia kepada KONTAN, kemarin.

Sejatinya, penurunan okupansi sudah terlihat sejak memasuki awal tahun 2019. Moedjianto berharap pada akhir tahun bisnis hotel bisa kembali membaik seiring memasuki musim libur Natal dan Tahun Baru. Menurut dia, wilayah operasi hotel yang paling mengalami penurunan adalah Bali, Balikpapan dan Makassar.

KONTANfoto ilustrasi Tinjau Unit Apartemen Sewa

Related Post