Kesal Neraca Dagang Tekor Terus, Jokowi: Bodoh Banget Kita

Rabu, 13 Maret 2019 | 10:33 am | 358 Views |
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
                                                                     
 
Calon Presiden petahana Joko Widodo/ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
 

SuaraKaltim.com – Presiden Joko Widodo meluapkan kekesalannya dalam acara rapat koordinasi investasi yang diselenggarakan Badan Koordinasi Penanaman Modal di Tangerang, Banten, Selasa kemarin, 12 Maret 2019. Ia kecewa defisit neraca perdagangan Indonesia dan defisit transaksi berjalan sudah berpuluh tahun membebani negara.

Padahal, menurut Jokowi, kuncinya dengan investasi dan ekspor. Dua aspek itu juga yang menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Tahu kesalahan kita, tahu kekurangan kita, rupiahnya berapa defisit kita tahu. Kok tidak diselesaikan, bodoh banget kita kalau seperti ini,” kata Jokowi.

Ia mengatakan, karena ekspor adalah kunci pertumbuhan ekonomi, maka seluruh industri yang berorientasi ekspor maupun industri yang melalukan hilirisasi harus dipermudah dalam perizinannya. Misalnya, kata Jokowi, industri Petrokimia juga harus diberi insentif seperti tax holiday.

“Kita sudah sampaikan ke Menkeu, kalau ada industri petrokimia (minta izin) tutup mata, beri tax holiday. Dan tak perlu pikir lama-lama, dari pada kita defisit,” katanya.

Jokowi mengatakan, Indonesia dari sisi investasi dan ekspor sudah ditinggal oleh negara-negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina dan Vietnam. Ia menegaskan, ke depan Indonesia tidak boleh terus ditinggal dengan negara lain seperti Kamboja maupun Laos karena Indonesia memiliki kekuatan yang besar.

“Kita 2, 3 tahun ini sudah banyak kemajuan dalam mendorong investasi. Peringkat investasi kita sejak 2017, kita sudah masuk dalam peringkat negara layak investasi. Investment grade,” katanya.

Untuk itu, Jokowi menekankan, hal ini adalah poin penting yang harus dimanfaatkan. Peringkat layak investasi Indonesia itu diperoleh dari tiga lembaga pemeringkat internasional yaitu, Standard and Poors (S&P), Moodys dan Fitch.

“Ini modal besar namun kalau tidak kita manfaatkan ya percuma modal yang kita dapatkan ini,” ujarnya.  VIVA

 

BACA JUGA :

 

 

 

Related Post