PENAJAM, SUARAKALTIM.com– Bencana tanah longsor susulan masih berpotensi terjadi di Desa Telemow, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, sebab kondisi tanah di daerah itu sudah tidak bisa lagi menyerap air dengan maksimal.

“Potensi longsor di Desa Telemow masih bisa terjadi kapan saja,” ujar Kepala Sub Bidang Logistik dan Peralatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara Nurlaila di Penajam, seperti dilansir dari berita ANTARA, Sabtu.

Hasil analisa tim geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan bahwa kondisi tanah di wilayah RT 6 dan 7 Desa Telemow tergolong jenuh air atau tidak bisa lagi menyerap air secara maksimal.

“Tim dari Kementerian ESDM melakukan analisa pada 24 April 2018 dan dari hasil analisa menyatakan Desa Telemow rawan longsor,” jelas Nurlaila.

Lokasi bencana tanah longsor di wilayah RT 6 dan 7 dinyatakan sebagai area aliran air permukaan di sekitarnya.

Nurlaila menjelaskan, faktor yang menyebabkan terjadinya gerakan tanah di Desa Telemow, Kecamatan Sepaku, menurut hasil analisa tim Kementerian ESDM disebabkan kemiringan lereng dan perlapisan batu yang mengikuti lerang.

Kemudian curah hujan intensitas tinggi dengan waktu yang lama, serta belum tertatanya sistem drainase air di lokasi juga mengakibatkan terjadinya longsor di Desa Telemow.

BPBD Kabupaten Penajam Paser Utara mengimbau masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi bencana tanah longsor tetap waspada, karena longsor tidak dapat diprediksi.

Nurlaila menanbahkan, sedikitnya 32 rumah warga lainnya di lingkungan RT 6 dan 7 Desa Telemow masuk zona kuning atau berpotensi terdampak longsor susulan.

Bencana tanah longsor sebelumnya terjadi pada 12 April 2018 hingga merusak puluhan rumah yang ditempati 48 kepala keluarga di RT 6 dan 7 Desa Telemow, Kecamatan Sepaku.

Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara sudah membebaskan lahan seluas satu hektare untuk merelokasi korban bencana longsor di Desa Telemow tersebut. (*/Kominfo PPU)