BANGGAI POS, HUTANG DAN BUPATI

Kamis, 8 Februari 2018 | 11:20 am | 364 Views |
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
                                                                     
 
SEBUAH kantor koran kecil bernama Banggai Pos dirusak massa. Banggai Pos terbit di Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, kota kecil 600 kilometer dari Palu.

SEBUAH kantor koran kecil bernama Banggai Pos dirusak massa. Banggai Pos terbit di Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, kota kecil 600 kilometer dari Palu. Pada Jumat, 2 Maret 2001, puluhan orang mendatangi kantor koran itu. Mereka merangsek masuk, merampas peralatan cetak seperti alat repro platemaker dan alat pemotong kertas. Alat-alat itu diangkut ke sebuah truk. Sebagian alat cetak yang tertinggal, dirusak.

Para wartawan dan karyawan Banggai Pos tak mampu mencegah amukan massa. Jumlah mereka terlalu banyak. Massa yang datang hendak menagih utang. Suratkabar ini dituduh menunggak utang pada Andy Pramudya pemilik Toko New Sumber Mas, Surabaya, Jawa Timur. Pimpinan massa membawa surat kuasa penagihan dari toko itu. Banggai Pos memang berutang sebesar Rp 20 juta, kekurangan pembayaran pembelian mesin cetak.

Alasan ini membuat heran Mohamad Nur Abd. Wahid, pemimpin redaksi Banggai Pos. Ia yakin, bukan di situ letak masalahnya.

Sehari sebelum penyerangan, seorang pria bernama Sulaiman, mengancam Iskandar Djiada, wakil pemimpin redaksi. Pria itu meminta Banggai Pos menghentikan berita tentang suksesi bupati Banggai. Djiada dipaksa meminta maaf kepada Zulkifli Mang, adik Sudarto, Bupati Banggai.

Wahid yakin, perkara ini menyangkut berita pemilihan bupati. Banggai Pos, seperti pengakuan Wahid, rupanya menunjukkan keberpihakan pada bupati putra daerah. Kolonel Sudarto, seorang perwira Angkatan Darat dari Tentara Nasional Indonesia, yang kini menjabat Bupati Banggai bukan asli Banggai. Ia lalu mencalonkan diri lagi jadi bupati untuk periode berikutnya.

Di Luwuk, suratkabar tak hanya Banggai Pos. Ada enam penerbitan lainnya. Tapi, semuanya mendukung Sudarto. “Sejak 30 tahun terakhir Banggai selalu dipimpin pupati dari luar daerah. Padahal putra daerah mampu menduduki jabatan itu,” ujar Wahid.

Berita-berita Banggai Pos, memang menunjukkan keberpihakan itu. Berita-bertta yang muncul antara Januari hingga Februari 2001, antara lain berjudul: Almarhum Adrian Mang Inginkan Bupati Banggai Anak Daerah, Sudarto Diduga Bekingi Aksi Corat-coret, Menanti Lahirnya Putra Daerah, dan 19 Kasus Bakal Jegal LPJ Sudarto. Berita-berita itu dimuat di halaman 12 suratkabar tersebut. Halaman ini memang disediakan khusus untuk isu pemilihan bupati.

Penyerangan itu membuat Banggai Pos memilih memindahkan kantor redaksi ke kantor lembaga bantuan hukum setempat. Nomor telepon Banggai Pos sudah dihapus dari catatan kantor telepon Luwuk. Kantor perusahaan pindah ke Palu, ibukota Sulawesi Tengah. Kasus ini sedang ditangani Polisi Daerah Sulawesi Tengah.

Penyerangan Banggai Pos, baik jika disebabkan oleh pemberitaan, maupun soal utang-piutang, bukanlah tindakan yang benar. Namun, politik redaksi Banggai Pos, yang mengabaikan fairness dalam pemberitaannya, juga bukanlah praktek jurnalisme yang terpuji. suarakaltim.com.Irawan Saptono/Sun, 1 April 2001/foto :sultengekspress

Related Post