Suara Kaltim – BERKATA Allayarham Guru Bakrie Gambut. Waktu itu ada haji Akbar yang ditandai dengan wukuf di Arafah bertepatan pada hari Jum’at. Dan pada waktu itu juga, kota Mekkah dan Arafah lebih sering diguyur hujan, sesuatu peristiwa langka memang. Aku membawa dan membimbing rombongan haji banua untuk kesempatan haji akbar itu, kata Allahyarham Guru
Abah Guru Sekumpul
MARTAPURA – Kejadian ini penulis dengar ceritanya langsung dari yang mengalami/menyaksikan, yaitu H Rahmat, seorang pengusaha batubara dari Gunung Sambung, Kecamatan Sambung Makmur, Kabupaten Banjar (Kalsel). H Rahmat kebetulan orang yang cukup dekat berhubungan dengan Abah Guru Sekumpul. Suatu hari H Rahmat yang tengah mengelola tambang batubara, sedang memerlukan dana yang tidak sedikit
Sebagaimana Dikisahkan Abah Guru Banjar Indah (KH Syaifuddin Dzuhri) Suara Kaltim – SEWAKTU Guru Bakrie (KH Ahmad Bakrie, pendiri & pengasuh Ponpes Al-Mursyidul Amin, Gambut, Kab Banjar, Kalsel) ) masih belajar di pondok pesantren Darussalam Martapura, tepatnya di kelas 3 Ulya, kebetulan wali kelasnya adalah Abah Guru Sekumpul sendiri. Hari itu Abah Guru memberikan
ABAH Guru memiliki beberapa koleksi cincin. Nang selalu dia kenakan berganti-ganti. dengan berbagai mata cincin pilihan tentu saja. Selain memang sunnah, Abah Guru diketahui memang penggemar batu cincin. Nah, suatu saat, salah satu cincin kesayangan sidin hilang. Entah, kada ingat (lupa) meletakkan atau ada nang mencuntan (mencuri)guru kada tahu persis. “Utas berlian Abah pernah
Suara Kaltim – BERTEPATAN dengan kedatangan tentara Nippon Jepang Tahun 1942 ke Martapura, ibukota Kabupaten Banjar, Kalsel . Cerita bermuasal dari kota ini, pada masa penjajahan di era Perang Dunia II. Fitnah sungguh merajalela, keluarga, Abdul Ghani terpaksa mengungsikan keluarganya mencari tempat yang paling aman, agar istrinya, Masliyah, yang tengah hamil tua, dapat melahirkan bayinya
Suara Kaltim – Abah Guru Sekumpul mempunyai kebiasaan yang tidak biasa dijalani masyarakat awam. Yakni ketika menjalankan shalat, beliau saat sujud terakhir dengan agak lama. Tentu saja ini mengundang tanya para jamaah dan santri, sebenarnya apa rahasia lamanya sujud terakhir Abah Guru Sekumpul setiap menjalani shalatnya. Suatu saat, ada ada salah seorang jama’ah bertanya kepada
Suara Kaltim – ADA satu keluarga yang sangat miskin penghidupannya sehari-harinya. Hingga pada suatu saat, mereka mempunyai hajatan/selamatan. Karena kecintaannya yang sangat luar biasa kepada Abah Guru Sekumpul, lalu akhirnya sang kepala keluarga/ayah pun memberanikan diri berjalan kaki menuju rumah kediaman Abah Guru Sekumpul. Dia tidak bisa bertemu dengan Abah Guru saat itu, maka sang ayah
BACA : KISAH ABAH GURU SEKUMPUL SUATU ketika Guru Aini berkunjung ke rumah Abah Guru Sekumpul yang saat itu masih di kelurahan Keraton, Martapura (Kalsel). Kebetulah saat itu hanya Guru Aini yang bertamu, jadi cuma mereka berdua yang ada di rumah. Guru Sekumpul dengan setengah guyon, bertanya kepada Guru Aini: ” Yan, ikam handak melihat kekuasaan Allah Ta’ala kah?“.
Versi Bahasa Banjar SEKUMPUL – Ujar sidin (Abah Guru Sekumpul)… Jangan katuju pusang ikam nang ae, karena bila pusang bearti kada syukur, bila kada basyukur bearti kufur. Mun dihayati kata-kata nih dalam, pasti menangis pian. Nasib kita, umur kita jodoh kita dan rezeki kita ada dalam genggaman kekuasaan Allah SWT. Apalagi kita ingat kisah-kisah Abah Guru
Versi Bahasa Banjar PADA suatu ketika Abah Guru Sekumpul berada di dalam mobil (ketika ingin menuju suatu tempat), bersama Kai Abbas (Ipar Guru Bangil). Saat di tengah perjalanan Mereka melihat seorang wanita (tidak menutup ‘aurat) jatuh dari kendaraan/sepeda motor (terabah) dan lalu mengalami luka berdarah. Maka melihat akan hal itu terjadilah percakapan nan sarat hikmah ini : + Abah