Ulama Seharusnya Benci Kecurangan, Inilah Kisah Tabiin yang Perlu Dibaca

Jumat, 28 Juni 2019 | 10:05 am | 320 Views |
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
                                                                     
 

 

:إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

KAMI mencoba menceritakan sosok-sosok Agung dari generasi Islam pertama, Kali ini kami mengambil kisah yang mungkin jarang diperdengarkan yaitu kisah seorang tabiin, tentunya dia adalah seorang ulama. Yg memang bukan saja kaya akan ilmu tapi juga sikapnya, pendiriannya yg sesuai dg pemahaman ilmunya. Tdk bergeser.

Itulah baru layak dinamakan ulama.
Ilmu yg tinggi yg dijewantahkan oleh sikap yg tdk berbeda dg ilmu yg dikuasainya. Tdk seperti ada pihak yg mengaku ulama.. Tentunya ulama Suu… ilmu nya berada di ruang lain, dan sikapnya di ruang yg berbeda. Saling bertolak belakang.

Yg kami kisahkan kali ini adalah ibnu Sirin.

Muhammad Bin Sirin atau dikenal dengan Ibnu Sirin. Tokoh Tabiin.

Beliau adalah ahli Ibadah, yg mana kehidupannya setiap pagi beliau mengajar, siangnya berdagang, dan pada malam harinya beliau beribadah kepada Allah. Hidupnya terbagi 3 waktu… Setiap harinya.

Beliau lahir 2 tahun menjelang berakhirnya masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan. Beliau tdk bertemu Nabi, oleh sebab itu ia disebut tabiin, tp beliau masih bertemu dengan sahabat2 utama Rasulullah…

Suatu ketika ia membeli minyak sayur dalam jumlah besar untuk kepentingan usaha perdagangannya senilai 40.000 dirham, atau bila dinilai sekarang senilai Rp 3.2 milyar. Ia membelinya dengan sistem kredit, syariah murni tentunya. Ketika salah satu kaleng minyak itu dibuka, di dalamnya didapatkan bangkai tikus yang sudah membusuk. Sejenak ia mulai berpikir, apakah ia harus mengembalikannya atau tidak, sesuai dengan perjanjian yang mengatakan, “Apabila terdapat aib pada barangnya, maka ia berhak mengembalikannya.” Tapi, ia mengkhawatirkan tentang sesuatu. Apabila ia mengembalikannya, tentu si pedagang minyak sayur itu akan menjualnya kepada orang lain lagi.

Sedangkan tempat pembuatan minyak hanya satu. Sudah barang tentu seluruh minyak telah tercemar oleh bangkai tikus itu. Jika dijual kepada orang lain, maka akan tersebarlah bangkai dan najis itu ke setiap orang. Atas pertimbangan tersebut, maka dibuanglah seluruh minyak itu. Ketika datang penjual minyak itu untuk menagih, ia tidak memiliki uang. Karena tdk ada yg bisa dijual…. Ia segera diadukan kepada qadi (hakim pengadilan). Maka ia pun dipanggil untuk diadili. Setelah itu ia dipenjarakan karena kasus tersebut.

Di dalam penjara, petugas merasa sangat kasihan kepadanya. Karena petugas menilainya sebagai orang shalih. Suara tangis yang mengiringi setiap shalat dan munajatnya selalu terdengar oleh petugas tersebut. Setelah memandang iba kepadanya, penjaga penjara itu berkata kepadanya, “Syaikh, bagaimana kalau saya menolong anda. Saat malam anda boleh pulang ke rumah. Keesokannya anda datang lagi ke sini. Apa anda setuju?” Ia menjawab, “Kalau engkau melakukan demikian, maka engkau telah berlaku khianat. Saya tidak setuju.”

Sebelum wafat, Anas sempat berwasiat agar yang memandikan dan menguburkannya adalah Muhammad bin Sirin. Salah seorang kerabat Anas bin Malik memohon kepada petugas penjara agar Muhammad bin Sirin diizinkan menunaikan wasiat gurunya. Petugas mengizinkannya. Tetapi, Muhammad bin Sirin berkata, “Saya dipenjara bukan karena penguasa. Tapi karena pemilik barang. Saya tidak akan keluar sampai pemilik barang mengizinkannya.

Setelah pemilik barang mengizinkannya, berangkatlah ia ke tempat Anas bin Malik dibaringkan. Usai mengurus jenazah Anas bin Malik, ia kembali ke penjara tanpa mampir ke rumahnya barang sejenak pun.

—–
Kisah kedua : Masih Ibnu Sirin.

Suatu ketika, ada seseorang menagih hutang kepadanya sebanyak dua dirham. Sedangkan ia sendiri tidak merasa berhutang. Orang tersebut tetap bersikukuh dengan tuduhannya. Karena ia mempunyai bukti, selembar kertas perjanjian hutang yang tertera di atasnya tanda tangan Muhammad bin Sirin.

Dengan penuh paksa, ia meminta Muhammad bin Sirin untuk melakukan sumpah. Ketika ia hendak bersumpah, banyak orang yang merasa heran mengapa ia menuruti kemauan si penuduh itu. Salah seorang rekan Muhammad bin Sirin bertanya, “Syaikh, kenapa Anda mau bersumpah hanya untuk masalah sepele, dua keping dirham, padahal baru saja kemarin anda telah merelakan 40 ribu dirham untuk diinfakkan kepada orang lain.” Lantas Muhammad bin Sirin menjawab, “Iya, saya bersumpah karena saya tahu bahwa orang itu memang telah berdusta. Jika saya tidak bersumpah, berarti ia akan memakan barang yang haram.”

Apa yg dicermati dari kisah2 tadi?

Begitu berhati2 nya umat Islam generasi pertama untuk menghindari suatu yg haram, suatu yg curang dan khianat…

Bagaimana umat islam saat ini dalam berbisnis… Dalam berpolitik dan lain lain…

Semoga saja hal yg baru kita lakukan Pilpres 1-2 bulan yg lalu… Kita yakin di setiap kubu yg kemarin berkompetisi… ada banyak yg (mengakui atau diakui) sebagai ulama.. Kita berharap mereka para ulama2 tersebut menjadi ibnu Sirin2 jaman modern… Yg bisa berani mar maruf nahi mungkar! Yg bisa menasehati petingginya… Melarang kejahatan berkembang, Melarang kecurangan yg terjadi yg dilakukan kelompoknya, menasehati, dan mencegah kemungkaran, dan merasa tdk senang bila para pelaku curang menikmati hasil kecurangannya…

Apalagi sebagiannya menganggap, tak ada lembaga apapun saat ini yang masih dianggap netral.

Kita masih menahan nafas menunggu sepak terjang ulama ulama tersebut, ketahuilah dari lisan ulama yg lurus umat pun akan samina wa athona… Dalam melindungi kejayaan islam dan umat islam.

Allah SWT berfirman:

وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِيْنَ ۙ

Neraka wail lah bagi pelaku curang….

Dan bagi umat islam, tentunya, apapun yg akan terjadi setelah optimal dan sudah maksimum berikhtiar, insyaAllah akan tenang… Dan janganlah lupa ayat ini…

Allah SWT berfirman:

مَاۤ اَصَا بَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْۤ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْـرَاَهَا ۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ ۖ

“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah”
(QS. Al-Hadid 57: Ayat 22)

Allah SWT berfirman:



لِّـكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَا تَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَاۤ اٰتٰٮكُمْ ۗ وَا للّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَا لٍ فَخُوْرِ ۙ

“Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri,”
(QS. Al-Hadid 57: Ayat 23)

So hadirkan hati kita dalam episode manapun… Dikala terpuruk, maka sikap sabar harus diterapkan, bilamana berjaya sikap syukur harus ditampilkan..ajaib memang orang bertakwa ini

Wa bil taufik wal hidayah wassalamu alaikum wr wb.

sumber : eramuslim

Related Post