Menikmati 6 Puisi Karya Kadrie Oening

Minggu, 10 Maret 2019 | 11:57 am | 508 Views |
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
                                                                     

Kadrie Oening bersama istri. Foto istimewa

 

1.

AKU KEKASIHMU

 

Jikalau aku kuasa

kuingin kembali ke awal dunia

sampai mengenal yang mulia

agar lepas dari siksa neraka

 

Kuhadap wajahku

kupandang wajahmu

kulepas penengaranku

kudengar suara kalammu

 

Betapa semula daku

meninggalkanmu

tapi demi kasihmu

kurasakan selalu pandanganmu

 

 

kurasakan dikau

menjelajah tubuhku

tiada jarak aku

patutkah aku khianat

aku kekasihmu

 

Samarinda, April 1974

***

2.

TASDIKKANLAH

 

Kenapa dikau masih dalam perjalanan. 

Matahari dan bulan penunjuk jalan

Nabi dan rasul sudah dipancangkan

Selama makhluk dan insan memberi salam selamat jalan

 

Tiada kerajaanmu diciptakan

Dalam titik awal perjalanan

Sudah penuh dengan puji dan celaan

Seharusnya tanyakan padaku

Aku akan memberi jawab padamu

 

Semuanya adalah kerajaan

Tasdikkanlah, aku puas hanya

Bayangan, dalam Kun, Nya

 

Samarinda, 1973

 

***

3.

KITA DEKATI

 

Kau akui ia Laisa

Kau akui ia Kuasa

Sebenarnya, demi masa

 

Kenapakah masih jua bertepuk dada

Mari naik ke puncak aras-NYA

menonton keempat Malaikat

Beribu berjuta tiada, lidah …

 

Dapat menghitungnya hanya bayangan titik

Kilatan Nurnya

Mari kita dekati

Ia akan turun bersama kita

Berdiam dan bergerak dengan iramanya

 

 

Tongkat Musa akan berlalu

Pintu Syir akan terbuka

Rindu kasih bersama-Nya

 

***

4.

PUJI SYUKUR KEPADAMU

 

Nun sekian abad yang lalu

Kau pardu daku khalifahmu

Sebelum aku tiada

Hingga dari tiada ada

 

 

Berabad-abad dengan hitunganku

Kau hampari permadani

Perjalananku

Kini aku nyenyak lupa padaku

Akan janji dihadapanku

 

Ya, Allah ke mana aku pergi

Ke mana aku pergi dan lari

Kasihmu terpatri di hatiku

Rahmatmu terjeli di tubuhku

Cukuplah sudah

Kataku puji syukur kepadamu

Samarinda, 1973

 

***

5.

KARENANYA

 

Kubaca namamu

Yang kau beri daku dahulu

Melalui lidah orangtuaku

 

Kudengar panggilan namaku

Betapa indah

Bergerak seluruh tubuhku

Hanya tersentuh nama diriku

Ingin aku jadi saksi

Tnggal kebesaran-Mu

Tiada mungkin, tiada mungkin

Kau jua jadi saksimu

 

Kucoba-coba beruadaha

Ikhtiar hidup berkelana

Hatiku hangus membara

Tubuh hancur pantas diterima

 

Kata dan logat jua

Awal dan akhir tiada dua

Karenanya, karenanya

karenanya, karenanya

 

1974

***

6.

DENGAN NIKMAT-MU

 

Berbisik warna di mataku

Membelai suara di anak telingaku

Hingga ujung rambutku

Dalam lubuk hatiku

Kudengar belaian kasihmu

 

 

Karena kasihmu

Pedih sangat peringatnmu

Untuk pagar kebenaranmu

Kasih sayang kepada hambamu

 

 

Dan berbisik mencuil hatiku

Napas berganti membawa langkahku

Betapa pans mesin gairahku

Embun menetes salju hatiku

 

 

Betapa aku dengan izinmu

Bleh berkata bersenda gurau

Dengan nikmatmu

***

KADRIE OENING (1923 – 1989)

LAHIR di Samarinda, 1923. Merupakan anak ke empat dari enam bersaudara, putra Oening- Judah.  Oening, seorang  nahkoda kapal,   berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 

Kadrie Oening menikah dengan Siti Aminah pada tahun 1945. Dikaruniai seorang anak perempuan yang lahir pada tahun 1974 dan diberi nama Aminatul Adriah.

Kadrie Oening lulus OSVIA 9 Sekolah Pamongpraja) di Makassar dan terjun di lingkungan birokrasi. Ia pernah menjabat Wedana di Penajam, Camat di Samarinda Seberang dan Balikpapan. 

Selama dua periode  (1969-1979) ia menjabat sebagai Walikota Samarinda. Setelah pensiun ia tetap aktif dalam berbagai organisasi. Di antaranya sebagai Ketua KONI Kalimantan Timur. Atas jasanya ia memperoleh Satya Lencana Pembangunan dari Pemerintah Republik Indonesia.

Sejak muda menyukai seni sastra dan teater.  Melalui sastra itu pula dia berjuang untuk membangkitkan semangat masyarakat dalam menentang penjajahan. Ia sering mementaskan karya dramanya di Balai Prajurit Samarinda. Sejumlah puisinya disertakan dalam Antologi Seorang Lelaki di Terminal Hidup dan Apa Kata Mereka tentang 3 yang Tidak Mauk Hitungan.

Kadrie Oening meninggal dengan tenang di Samarinda, 8 Juni 1989. Sempat di makamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Muslimin di Jalan Abul Hasan, sekitar tahun 2018 kemudian dipindah ke Makam Pahlawan Jalan Kesuma Bangsa.

 

 

 

Related Post